Kamis, 26 April 2012

Selembar Kertas, Sejuta Kisah




Sa  wa di ka.  
Khob khun krab. Khob khun kah ;


Kira-kira begitulah cara mebaca Sawadika semacam sapaan halo, Khawp Kun Khap yang berarti terima kasih jika yang mengucapkan laki-laki, dan Khawp Kun Kha jika yang mengucapkan perempuan.

Sudah tiga negara yang saya kunjungi, dan satu hal yang nggak pernah saya lewatkan adalah bertanya bahasa lokalnya, yang simpel-simpel aja, seperti selamat pagi dan terima kasih salah duanya. Saya selalu meminta mereka untuk mengucapkan katanya terlebih dahulu, setelah itu saya meminta mereka menulis kata tersebut di selembar kertas. Lumayan, karena bisa untuk kenang-kenangan juga kan.

Ngrasa banget lho bedanya ngucapin terima kasih ke masyarakat setempat menggunakan bahasa lokalnya dibanding pakai Bahasa Inggris.

Walaupun ribet ngucapinnya, dan nggak jarang salah ngucapin, tetapi mereka bakal nunjukkin sikap menghargai, memaklumi, dan senang, bahkan nggak jarang sampai terharu meneteskan air mata. Nggak percaya? silahkan dicoba.

Selain bertanya dan mempelajari bahasa setempat, bertanya tempat-tempat wisata ke masyarakat lokalnya itu jauh lebih saya anjurkan dari pada nanya ke pak Polisi, karena kebanyakan pak Polisi disana pada nggak bisa Bahasa Inggris juga.

Tapi ya jangan coba-coba nanya sama Ladyboy atau waria, nanti kamu nanya letak Wat Pho, malah di kasih Bakpao-nya!




Hari kedua di Bangkok ;


Karena bingung letak Grand Palace, maka saya memutuskan untuk masuk dan bertanya ke sebuah Kantor Polisi di daerah Khaosan Road.

Ketika saya masuk dengan membawa peta, tiba-tiba pak Polisi-nya langsung terlihat sok sibuk gitu, ada yang tiba-tiba ngangkat telpon, baca koran, pergi ke toilet, utik-utik upil, dan aneka kesibukkan lainnya.

Waktu saya hendak bertanya ke salah satu pak Polisi, saya disuruh bertanya ke pak Polisi yang satunya, waktu saya menghampiri pak Polisi yang dimaksud, eh, pak Polisinya tiba-tiba malah angkat telepon, kemudian menyuruh saya duduk terlebih dulu di dalam kantor polisi ini. Yasudahlah. 

Hingga akhirnya seorang perempuan berambut panjang, berbadan tinggi semampai, datang menghampiri. Ya bisa di bilang tingginya nggak jauh bedalah sama saya.


''Bisa saya bantu?'' Tanya perempuan itu kepada saya.


Saya hanya diam seribu bahasa, bukan karena terkesima melihat wajah cantiknya, tapi karena saya sudah berpegang teguh terhadap sebuah teori, yaitu menganggap semua wanita cantik adalah Ladyboy. Teori tolol memang, di lain kisah akan saya ceritakan kenapa saya memegang teguh teori yang nggak masuk di akal itu.


''Kenapa anda berada di kantor polisi?'' Tanya wanita itu.

Saya tetap diam, hening dalam keraguan, antara menjawab atau abaikan.


''Apa kamu bermasalah dengan ladyboy itu?'' Dengan jelas saya melihat bagaimana wanita itu mengerutkan keningnya, sambil menunjuk dua orang ladyboy yang nampakanya sedang berdebat dengan Pak Polisi.


Meski saya tidak tau apa yang mereka bicarakan, tapi saya sangat yakin mereka sedang berdebat, ini terlihat jelas ketika mereka menggunakan nada bicara yang terlampau tinggi.

Weits, enak saja nih, kalau saya hanya diam, nanti dia pikir saya memang beneran bermasalah sama kedua waria itu, masalah harga diri ini.



Spontan saya menjawab, ''Tidak, tidak, saya tidak mengenal Ladyboy itu, emangnya mereka ngapain?''

''Mereka ditangkap karena mabok hingga larut pagi.'' Jawab wanita itu.

Kemudian iya melanjutkan pertanyaanya, "Lalu kenapa kamu berada di kantor polisi?''

''Saya ingin bertanya letak Grand Palace.'' Jawab saya.

''Bisa saya lihat petanya, akan saya kasih tahu letaknya.'' Sahut wanita itu sambil mengeluarkan bolpoin dari dalam tasnya.



Waah ternyata saya sudah salah mengira, wanita ini bukan waria, wanita tulen, bersuami dan punya dua anak lagi, maaf ya buk, heuhehe!


Habis Dimarahi Polisi


Perempuan ini tidak hanya menunjukkan letak Grand Palace saja, tapi juga What Pho dan Wat Arun secara detail, bahkan dia juga memberitahu cara menuju Chatuchak Market dan MBK dengan bahasa Inggris-nya yang lancar. Dari sebuah pertemuan dan perkenalan yang singkat itu, saya akhirnya mengetahui bahwa dia  ternyata seorang guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Hmmm, pantes.

Dari perempuan ramah dan baik hati ini, saya juga di diberitahu beberapa saran dan tips. Diantaranya :

Jika kita hendak berpergian, lebih baik menggunakan bus atau taxi saja dibanding tuk-tuk, ini karena tuk-tuk adalah alat transportasi yang sudah terkenal di kalangan wisatawan manca negara, akibatnya harganya-pun jadi jauh lebih mahal dibanding taxi sekalipun. Dan selama di Bangkok saya selalu menggunakan jasa bus untuk berpergian ke lokasi yang jauh, bus-nya nyaman, aman, bersih, dan nggak ribet kok.


Memesan Bus, Bukan Taxi


Supir-supir taxi di Thailand itu lebih menghargai dan lebih sopan sama turis, di banding dengan penduduk lokalnya, jadi jangan ragu-ragu untuk menawar harga taxi yang tidak menggunakan argometer. Tentu dengan sikap yang tetap sopan.

Waktu akan masuk Grand Palace, akan banyak penjual celana panjang yang bilang nggak boleh masuk jika menggunakan celana pendek dan kaos oblong, kemudian disuruh membeli celana terlebih dahulu, jangan percaya dan tolaklah seramah mungkin, karena sebelum masuk ke kawasan Grand Palace, terdapat penyewaan celana panjang dan kaos berkerah dengan sistem deposit, artinya : pinjam celana, kasih duit jaminan, dan nanti kamu akan mendapat kembali duit jaminannya setelah mengembalikan celana yang kamu pinjam ke tempat semula.

Ada lagi nih tips-nya, karena orang Thailand itu  sebagian besar nggak bisa berbahasa Inggris dengan baik, jadi, jika hendak menanyakan suatu tempat, ada baiknya menggunakan huruf Thailand, biar nggak salah paham. Tips terakhir ini jitu banget! Serius!

Dan tanpa saya minta, permpuan ini menulisakan tempat-tempat yang akan saya kunjungi dengan hauruf Thailand. Waaaa, terimakasih banyak ya. Matur nuwun sanget nggih. Khob - khun - krab!



Selalu Ada Kisah di Tiap Lembar Kertas


Berbekal peta, informasi yang cukup, dan selembar kertas bertuliskan tempat-tempat dengan huruf Thailand, saya tak lagi ragu untuk melangkah menuju Grand Palace, Wat Pho, dan Wat Arun, tiga tempat yang minimal kamu kunjungi jika baru kali pertama kali berkunjung di kota Bangkok, siap grak!







Tidak ada komentar:

Posting Komentar