Minggu, 12 Juni 2011

Exotic Pulau Sempu

1 Juni 2011, 21.00 WIB;


Ransel sudah melekat dipunggungku, sudah satu jam aku berdiri disini, menunggu bis antar provinsi untuk membawaku ke suatu tempat di malang selatan. Setelah sekian lama menunggu akhirnya bis itu tiba juga, perawakannya besar dan tinggi dilapisi jubah berwarna biru dengan tulisan "Sumber Kencono" berwarna putih akan melaju selama enam jam untuk tiba di terminal kota jombang.



2 Juni 2011, 03.45 WIB;

Ini adalah salah satu transportasi yang paling tepat waktu kalau masalah jam keberangkatan dan kedatangan, tidak perlu aku jabarkan kenapa, karena sepertinya kau sudah tau dan cerita ini sudah cukup melegenda kan?

Suara Muadzin mengumandangkan panggilan doa bagi umat muslim menandai bahwa aku telah tiba di terminal kota jombang, untuk kemudian menaiki bis antar kota menuju kota malang.


20 orang!!

Sudah sering aku katakan, bahwa ketika melakukan perjalanan akan membuat dirimu mengenali wajah baru dengan budayanya, bahasa dan logat berbicara yang asing ditelinga, dan kejadian-kejadian unik yang mungkin belum pernah kau temui dan rasakan sebelumnya. Sudah dua kali aku berpindah angkot untuk mencapai pasar turen, ini merupakan angkot ketiga yang akan membawaku ke pelabuhan nelayan sendang biru. Setelah makan siang di warung, ternyata angkot kecil itu masih menunggu. Ya! ternyata angkot tua berukuran kecil ini akan lepas landas jika kabinnya sudah penuh sesak, 20 orang dalam angkot yang wajarnya berisi delapan orang dan dua jam kunikmati perjalanan untuk sampai pelabuhan nelayan sendang biru.

Pelabuhan Nelayan Sendang Biru;

Sendang Biru
Puluhan kapal berwarna mayoritas biru duduk manis dipinggir pantai, dengan menaikinyalah aku bisa sampai di pulau semut. Kira-kira tiga puluh menit perjalanan untuk sampai kesana, pulau semut adalah tempat awal kakiku harus melangkah membelah hutan tropis untuk sampai ke surga tersembunyi.





Penghuni asli hutan tropis;

Pulau Semut
Ini benar-benar perjalanan yang sangat luar biasa melelahkan, tidak bermaksud berlebihan tetapi itulah yang aku rasakan, dengan membawa tas ransel aku benar-benar kewalahan menghadapi lembabnya udara, track yang lincin dan berlumpur karena hujan deras mengguyur hutan ini semalaman, alhasil empat sampai lima kali aku harus beristirahat sebelum mencapai tujuan, dan bersamaan dengan itu pula kera-kera bergelantungan di akar pohon, berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon lain sembari mentertawakan kelelahan dan tubuhku yang penuh dengan lumpur.




Surga Tersembunyi! 
Tak Terbantahkan Keindahannya!

Sudah lima jam aku membelah hutan tropis, fisik dan mental benar-benar terkuras, baju, celana, dan wajah penuh dengan lumpur dan keringat. Aku masih belum tau seberapa jauh lagi aku harus melangkah. 






Dan ini benar-benar setimpa dengan usaha yang harus kulakukan, suara hati benar-benar membawaku ke suatu karya cipta Tuhan yang sangat indah, satu dari sekian banyak surga tersembunyi yang dimiliki Negeri Pertiwi! Putih pasir, biru air, hijaunya pepohonan, tingginya tebing yang melingkarinya, sungguh tak terbantahkan keindahannya!

Aku masih bermain-main dengan kegembiraanku, kegenbiraan akan keindahan pulau ini. Aku tidur terlentang dengan pasir pantai sebagai alasanya dan kubiarkan tubuh basah oleh air laut. Akan banyak waktu untuk menikmati pulau ini, dan tak akan kubiarkan waktu lewat begitu saja. Setelah selesai memasang tenda untuk bermalam, aku melepas baju dan kembali meyeburkan diri kedalam air, sungguh kunikmati situasi ini!






18.00 WIB;

Kulihat ratusan kalelawar keluar menjelajahi malam. Api unggun-pun telah menyala, hangatnya seakan menyelimuti dingin malam ini dan bintang-bintang ikut bernyanyi bersamaku, layaknya orkestra kami memecah heningnya malam hingga pagi menjelang.

3 Juni 2011;

Disini semua berbeda, banyak hal yang tidak akan kau temukan di tempat lain. Salah satunya ketika pagi menguasai malam. Aku terbangun dari tidur, saat keluar dari tenda, mataku dengan jelas memandang sebuah sebuah mata berwarna kekuningan yang dengan yakin memancarkan sinarnya, matahari tampak begitu cerah disini, melompat-lompat diantara hijaunya pepohonan. Untuk menikmatinya lebih jelas, aku menaiki bukit dan benar saja, aku melihat cahaya indah terpancar dilangit, melebur dengan birunya awan saat itu, belum lagi pemandangan lansekap pulau sempu dari atas dan mata bebas tak terbatas melihat laut lepas samudra hindia.

Dua hari satu malam aku berada disini, tapi kudapatkan 1001 pengalaman yang akan terukir di mozaik kehidupanku. Tenda sudah aku kemas, ransel sudah kembali melekat dipunggung, sampah sudah kubakar dan setelah itu aku kembali membelah hutan tropis, kembali dengan semangat baru dan bersiap melakukan perjalanan darat ke kota malang.






Malam di kota malang

Aku menginap di losmen daerah songgoriti, malang. Setelah meletakkan ransel di kamar, aku menaiki mobil yang aku sewa dari penduduk lokal dan berjalan mengelilingi kota malang. Aku menyempatkan bermain di BNS, sebenarnya ada banyak tempat wisata menarik di kota ini, sebut saja: Jatim Park 1, Jatim Park 2, Selecta, wisata batu malang, dan banyak lagi. Perjalanan malam ini kututup dengan berkunjung di alun-alun kota terbaik yang pernah kulihat. Alun-alun yang dilengkapi dengan taman bunga, lampion, permainan anak-anak, berbagai macam warna lampu dan putaran bianglala yang menambah pesona alun-alun ini dan ini sekaligus menutup kisah backpackerku di Pulau Sempu dan Malang.

4 Juni 2011

Perjalanan kembali ke Jogja. 





Kapal menjeput kami
Exotix Pulau Sempu













Ini kami, teman perjalananku, dan tulisan ini kupersembahkan untuk kalian: 
nonot, aji, adit, rizky (sahabat belitung)