Kamis, 28 April 2011

Klik-Backpacker (jilid 2)


Kok Ransel bukan Koper?

Waktu masih pakai koper, repotnya minta ampun, 

si mimam jaga adek yang masih unyil dan aku harus waspada super ekstra untuk lihat koper berpita merah di deretan koper-koper sejenis di baggage claim

Seperti orang lagi memancing ikan, feeling dan pandangan harus peka dan cermat, kalau kail sudah disambar segera lapor pipap untuk segera ditarik senar pancingnya. Alhasil koper berhasil diambil, itu belum selesai kawan! masih harus dicek terlebih dahulu, kalau tangkapannya sesuai maka dibawa pulang, kalau tidak sesuai ya dikembalikan lagi.


Sekarang pakai ransel, beli yang 60 liter, warna biru terang. Kalau terpaksa masuk bagasi maka saat pengambilan mudah dikenal karena warnanya yang jreng dimata, tapi beruntunglah jika tidak perlu masuk bagasi, turun dari pesawat langsung keluar bandara dan meluncur ke lokasi tujuan.





Klik-Backpacker (jilid 1)

mas kok judul blognya klik-backpacker?

Nah, kali ini aku mau mendongeng tentang asal-usul blog ini. Aku adalah orang yang panas-panas tai ayam, mumpung lagi semangat, ya ayo lakukan sesuatu, kalau bisa ya yang belum pernah dilakukan dan diusahakan sesuai sama hobi. Kebetulan jalan-jalan adalah hobi yang tidak bisa dibantahkan, mau jalan-jalan muter-muter kamar karena lupa taruh tas sekolah dan remote TV dimana, sampai jalan-jalan ke tempat yang menarik di bumi pertiwi ini.


Dari kecil aku memang sudah sangat sering teramat diajak jalan oleh kedua orang tua, naik motor puter-puter perumahan, hingga naik kapal laut ke Tana Toraja saat berumur 5 bulan. Sudah besar, nafsu dan gairah untuk jalan-jalan semakin menjadi-jadi, hampir kota-kota di pulau jawa ini sudah pernah aku kunjungi.


Dulu ke Bandung naik bus pariwisata, duduk paling depan dengarin mbak-mbak atau mas-mas ngomel di dekat supir dengan pandangan tajam ke depan dan tawa yang mau tidak mau wajib diberikan kepada kami para wisatawan. Tidur tidak boleh malam-malam, karena pagi-pagi sekali sudah harus diangkut ke tempat wisata lainnya. Ironi kan?


Sekarang sudah tahu seperti itu sangat tidak enak dan membosankan akhirnya harus cari jalan melakukan perjalanan dengan gaya sendiri yang lebih seru. Dan perjalanan ke bandung saat SMA menjadi awal kisah backpacker-ku, hingga mulai ketagihan sampai detik ini.


kemana-mana bawa ransel bukan koper, pakai sandal gunung bukan sepatu sekolah, memotret bukan dipotret, serba minimalis bukan maksimalis, yang dilakukan harus klik di hati bukan klek di otak.