Minggu, 06 Maret 2011

Bandung: Keindahan Ditiap Tetesnya

8 februari, Ambil koper

Eh salah! Bukan koper, koper terkesan asing ditelinga. 
Banyak orang mendambakan liburan yang penuh dengan keindahan yang pasti, kota tua yang punya jalanan yang langsung terhubung dengan pantai, mobil mewah yang setia mengantar ke tempat-tempat eksotis. 

Tapi itu semua jauh sekali dari mimpi-mipiku. Melangkah dan mencium aroma berbeda ditiap sudut dunia, Berada di suatu tempat yang asing hingga akhirnya tersesat didalam labirin keindahannya, 

Pernah aku bermimpi buang air besar dengan jendela terbuka yang menampilkan pemandangan lansekap agungnya menara Eifel, mendorong mobilku berkilo-kilometer karena ban yang bocor untuk melewati perbatasan negara Kroasia dan masuk ke negara Montenegro. Bahkan untuk menikmati keindahan pantai, aku harus memanjat bukit hijau yang puncaknya hampir mengenai awan kemudian meluncur ke laut lepas, terhantam air dan tersapu semilir angin.

aku butuh kejutan! seuatu yang butuh dipecahkan dengan logikaku dan bisa membuat aku ketakutan sebelum kudapatkan keindahannya! Sesuatu yang spontan!



Ku ambil ransel biruku, kusiapkan tiket kereta, dan berangkat, 

Bandung, ini bukan kali pertama kakiku menginjakkan tempat ini. Waktu tinggiku masih 140cm, aku pernah ketempat ini, tapi itu dulu saat orang tuaku sibuk mengawasi anaknya agar tidak terpisah dari rombongan tour, menasihati anaknya agar tidur tidak larut malam karena agen perjalanan akan datang menjemput sesudah ayam berkokok.

9 februari, Sekarang tinggiku 170cm
 
kurang lebih perjalanan kutempuh dari jogja dengan menggunakan kereta, akhirnya tiba juga setelah beberapa jam yang lalu terbangun akibat seorang perempuan paruh baya berteriak-teriak diluar gerbok saat keretaku yang sedang berhenti di stasiun untuk kembali mengambil penumpang tujuan ke bandung.

Begini teriakan sang ibu sambil memukuli gerbok dengan kayu: wooyy mas! buka pintunya mas! buka! saya juga  mau masuk! saya sudah bayar mas! jangan beda-bedakan mas!! 

Suara itu membuatku kaget hingga membuatku loncat dari tempat dudukku, karena ibu itu memukulkan kayunya  tepat di tempat aku duduk. Sejenak aku ikut gelisah dan kasihan melihat ibu itu, tapi angin dengan cepat menghilangkan rasaku, karena kemudian kuketahui bahwa ibu itu berada di bagian yang salah dari pintu masuk kereta. Aku tersenyum dan tertawa dalam hati, terdengar jahat memang, tapi itulah yang aku rasakan setelah kemudian aku memberi tahunya bahwa dia berada di bagian sisi kereta yang salah dan dengan spontan beliau tersenyum malu dan melepaskan kayu yang di genggamnya.



10 februari, Pagi Hari di Bandung
  
Berjalan kaki dari stasiun kereta bandung menuju daerah cihampelas, mungkin jaraknya sekitar 10km.
Makan soto ayam di pinggir jalan, soto ayam 'asli madura bang udin'  harganya 10 ribu, Es teh 2 ribu. Bandung memang tidak bersahabat kalau urusan harga makanan. 

Aku bayar 8 ribu, karena aku pesan soto ayam tanpa ayam dan Es teh tanpa Es.


Malam Hari di Bandung,

Ku akui bahwa Bandung begitu sangat indah saat malam hari, cahaya lampu malam kota, alunan musik dan suara merdu seniman jalanan, wanita-wanita cantik sexy nan elok yang berjalan di sepanjang trotoar daerah Braga dengan background bagunan-bagunan tua yang seakan berjalan di catwalk layaknya model profesional. Kunikmati itu semua, sungguh eksotis!

Malam ini aku tidur di depan distro di daerah jalan Riau setelah sebelumnya aku digoda sesosok manusia di Braga. Aku duduk-duduk santai sambil menikmati sebotol bir didepan gedung Asia-Afrika, kemudian aku berjalan ke daerah Braga, aku bersandar di papan nama 'CK' langsung saja kuletakkan ransel dan tas kameraku. Hingga akhirnya datanglah mas-mas atau mbak-mbak atau om-om atau apalah aku sangat bingung jika harus menyebutkan sesosok waria. Tanpa basa-basi dia mencolekku, dia menawarkanku sebatang rokok, aku menolaknya, dia memintaku untuk memfoto dirinya, aku menerima, dia memintaku untuk menemaninya malam ini, aku kabur!

11 februari, Bertemu sahabat lama

Tukang parkir: Bangun mas! bangun! sudah jam 5 pagi.
Badanku terasa pegal-pegal semua, ini pasti karena dinginnya malam menusuk badanku saat aku tidur didepan pintu distro dan hanya beralaskan kardus.

Hari ini aku akan menemui sahabat lamaku, setelah terakhir kami bertemu 9 bulan yang lalu saat mereka berkunjung ke jogja. Aku berjalan menuju Jl. Terusan Tubagus Ismail no.1 (RM. Saung Kuring).  Dan mereka sungguh menyambutku dengan senang hati dan canda tawa khas mereka, apalagi setelah mereka melihat penampilan baruku, dulu aku berambut panjang dan sekarang aku botak. 

Sebelumnya aku melewati tempat bimbingan belajar  dimana kami dikarantina disana selama 2 bulan untuk persiapan masuk PT, disanalah menjadi awal kami bertemu, mengenal, hingga akhirnya menyebut diri kami sebagai sahabat. Aku masih ingat dengan tingkah laku mereka, ketawa mereka, tangis mereka dan cara kita saling menghibur satu-dengan yang lain. Aku juga masih ingat saat kami tidur dalam satu ruangan, mendengarkan lagu Bondan-Kita Selamanya, sambil mengajariku bahasa sunda. Tidak akan pernah terlupakan. Mereka memang sahabat yang Spesial!


13-14 februari, 
Keliling Bandung- Ngopi di Dago atas- Ketan bakar
Lembang- Kebun teh- Sunrise- Keindahan ditiap tetesnya

Kami menyewa mobil, berangkat sore hari untuk ikut meramaikan kota bandung, menikmati secangkir kopi dan melaju diheningnya pagi untuk melihat sunrise di kebun teh Lembang. 
Ini hari terakhirku di Bandung dan bersama sahabatku-lah kunikmati keindahannya hingga tetes terakhir.