Kamis, 26 Agustus 2010

Belitung: Pelangi di Negeri Laskar Pelangi





Semua sudah siap. Ransel berisi pakain secukupnya, buku panduan perjalanan ke Belitung yang aku beli satu minggu yang lalu, tripod, kamera dan tiket pesawat. Ada banyak cara menuju Roma dan banyak cara pula menuju Belitung. Ada beberapa alternatif perjalanan menuju kesana, bisa melalui Palembang dan kemudian  menggunakan trasportasi laut atau langsung menuju Belitung melalui jalur udara yang hanya dilayani dua maskapai penerbangan nasonal yaitu Batavia Air dan Sriwijaya Air. Untuk efisiensi waktu dan tenaga, maka aku memutuskan untuk mengunakan jalur udara menuju tempat tujuan. Aku berangkat dari Jogja pukul 6.15 WIB menggunakan pesawat Batavia Air dan transit di Jakarta yang kemudian berangkat pukul 10.30 WIB dan tiba di Belitung pukul 11.25 WIB. 

Dan bersiaplah membuka mata, hati dan telinga saat tiba di Surga tersembunyi ini.

Pemandangan Pertambangan Timah dari Atas Pesawat


Dan inilah kisah perjalananku selama di Belitung !





Hari Pertama
Pelangi di Negeri Laskar Pelangi ;

Inilah kali pertama aku menginjakkan kaki di Pulau Belitung. Perasaan bahagia dan penuh keingintahuan menemaniku selama perjalanan, tapi tidak dipungkuri bahwa perasaan was-was justru lebih dominan menguasaiku. Bagaimana tidak, aku pergi ke tempat ini seorang diri, tidak mempunyai saudara apalagi kenalan atau kerabat dan sedikit sekali pengetahuanku tentang Pulau Belitung, jadi hanya bermodalkan nekat. Ternyata yang aku takutkan sungguh-sungguh terjadi, bandara yang kecil dan ala kadarnya telah menyambutku dan sudah bisa ditebak bandara ini hanya digunakan untuk keberangkatan dan kedatangan pesawat lokal saja, sehingga layanan informasi tentang wisata yang biasa aku temukan di bandara-bandara tidak ditemukan di tempat ini. Yang lebih parahnya lagi, Pulau ini sepertinya sengaja bermain-main dengan adernalinku karena hanya ada satu dua transportasi umum yang aku jumpai di jalan-jalan pulau ini. Inilah saran dan tip PERTAMA: Sewalah motor atau mobil jika kamu ingin jalan-jalan di Pulau Belitung karena jarak tempat wisata satu dengan yang lain cukup jauh. Harga sewa motor sekitar 50ribu rupiah. Tetapi jika nasib baik menyertaimu, maka kamu bisa meminjam motor dengan harga cuma-cuma (akan ku ceritakan kejadian ini di kisah selanjutnya).

Aku dilahirkan untuk menjadi seorang pemenang, maka tidak akan pernah diriku menyerah dengan keadaan sesulit apapun. Belitung memang Pulau kecil yang sangat jauh dari keramain dan kepadatan, jalan-jalan disini sangat sepi dan rumah penduduk-pun tidak sepadat di Jogja. Namun sepertinya Tuhan masih merangkul orang optimistis penuh ide gila seperti diriku ini, hingga akhirnya aku bisa menumpang di rumah penduduk pulau ini. Inilah saran dan tip keDUA: Ada banyak penginapan di Belitung, tapi apa salahnya jika kita menginap di rumah penduduk? aku sendiri menginap dirumah penduduk, hal ini terjadi karena saat di Bandara Jakarta aku bertemu dan berkenalan dengan seorang anak laki-laki seumuran denganku dan ternyata dia putra asli belitung dan setelah dia mendengarkan curahan hatiku dengan baik hati dia menawarkan rumahnya untuk menjadi tempat singgahku selama di Belitung. Luar biasa beruntungkan ? (hahahaha).

Tidak akan ada waktu yang akan aku buang percuma di tempat ini. Sehingga setelah aku meletakkan ransel di kamar tidur, aku langsung menaiki sepeda motor dan menuju pantai-pantai eksotis di Pulau Belitung. Pantai pertama yang aku datangi adalah pantai Tj. Tinggi (31 km dari Tanjung Pandan). Pantai Tj. Tinggi adalah pantai yang digunakan sebagai lokasi syuting dalam Film Laskar Pelangi. Di tempat inilah batu-batu granit yang besar dan kokoh menunjukkan pesonanya, terlebih lagi saat pasir putih sacara sengaja merelakan tubuhnya basah diterjang air laut. Pantai Tj. Tinggi memiliki ombak yang sangat tenang dan sangat aman untuk berenang, sehingga meskipun pada awalnya aku tidak berkeinginan untuk berenang di pantai (karena pakaian yang terbatas) namun pada akhirnya aku meyeburkan diri juga untuk merasakan sensasi bermain air laut di pantai ini. Inilah saran dan tip keTIGA: Belitung adalah sebuah pulau yang terkenal dengan pesona alam pantainnya. Jadi ketika anda berniat berkunjung ke pantai-pantai di Belitung, jangan lupa membawa pakaian ganti.



Batu-Batu Granit di Pantai Tj. Tinggi
Pantai Tj. Tinggi











Berfoto Ria di Pantai Tj. Tinggi



Setelah sekitar tiga jam menikmati pantai Tj. Tinggi, aku melanjutkan perjalanan ke Pantai Tj. Kelayang. Pantai Tj. Kelayang di tempuh sekitar 10 menit dari pantai Tj. Tinggi. Pantai ini begitu sepi dan hanya ada kapal-kapal yang memamerkan keperkasaannya di tepi pantai. Melalui pantai ini jugalah kita dapat menuju Pulau Lengkuas dengan cara menyewa kapal nelayan. Tapi sayang harga sewa kapal sangat mahal (Rp. 350.000,-) sehingga aku terpaksa mengurungkan niat-ku bertamu ke Pulau yang digunakan sebagai lokasi video klip band Nidji tersebut. Di Tj. Kelayang inilah aku melihat indahnya kebersamaan dari sebuah perbedaan, Ya! saat warna-warna yang berbeda-beda membentuk satu kesatuan hingga menciptakan lukisan indah keajaiban alam. Pelangi di Negeri Laskar Pelangi! Inilah saran dan tip keEMPAT: Jika ada waktu sempatkanlah berkunjung ke Pulau Lengkuas. Sebenarnya dulu harga sewa kapal menuju Pulau Lengkuas hanya 10ribu rupiah saja, namun ketika Pulau ini sudah mulai ter-ekspose dunia luar, maka harga sewa kapal menjadi sangat tinggi. Tapi jangan khawatir, karena masih ada cara menuju pulau lengkuas dengan waktu tempuh hanya 10 menit dan harga sekita 30ribu rupiah melalui pantai Tj. Binga dengan menumpang kapal nelayan. 

Pelangi di Pantai Tj. Kelayang

Pelangi di Pantai Tj. Kelayang itu sepertinya memberi kesan lain saat hari pertama aku tiba di Belitung. Memang Pulau Belitung sempat membuat was-was ketika pertama kali aku tiba di tempat ini, tapi pelangi ini menyadarkan-ku bahwa ada begitu banyak keindahan yang justru bisa kita temukan ditempat yang tersembunyi seperti Pulau Belitung ini. Dan semenjak itulah perasaan was-was menghilang entah kemana, sepertinya mereka telah tersesat di perasaan bahagia dan keingintahuan-ku yang saat ini menjadi belipat ganda kuatnya. Dan setelah di hari pertama ini  aku habiskan di Pantai Tj. Pendam sembari menikmati sunset, mata, hati dan telinga ini menjadi tidak sabar melihat, merasakan dan mendegarkan keindahan apalagi yang akan aku temukan di Negeri Laskar Pelangi ini!




Hari Kedua.
Dari Belitung Barat ke Belitung Timur ;

Jarum panjang dan pendek jam tangan sepertinya telah sepakat membangunkanku sebelum ayam jantan kehabisan suara akibat alarmnya selalu diabaikan oleh orang-orang, karena dijaman sekarang ini mana ada yang peduli auman ayam jantan sebagai pertanda pagi telah datang. Sehingga setelah aku terbangun dari tidur, segeralah aku mandi, makan dan bersiap melakukan perjalanan panjang membelah hutan, melihat pertambangan timah inkonvensional yang nantinya kaki-pun ikut terserap tanah merah galian tambang dan mecari tempat-tempat istimewa sepuluh sahabat laskar pelangi di Belitung Timur. Inilah saran dan tip keLIMA: Perjalanan di hari kedua ini sangat jauh. Kamu akan melewati hutan tropis, perkebunan kelapa sawit,  pertambangan timah dan panasnya terik matahari. Untuk mengelilingi Pulau ini dari barat ke timur dibutuhkan waktu dari pagi hingga sore hari, dan inilah peringatan penting yang harus kamu perhatikan. Di Belitung bensin sangat langka, sehingga jika kamu akan melakukan perjalanan isilah penuh tangki bensin kendaraanmu dan jika dalam perjalanan bensin mulai hampir habis bergegaslah mengisi kembali bensin dimanapun kamu melihat ada penjual bensin. 



 Pertambangan Timah Inkonvensional



Aku berangkat pukul 07.00 WIB. Tujuanku di hari kedua ini yaitu kota Manggar dan Gantung yang terletak di Belitung Timur. Jalan raya di Pulau Belitung sangat halus dan hanya berupa jalan lurus dengan perkebunan, hutan, pertambangan timah, dan sedikit rumah warga yang menjadi teman perjalanan. Sebelum memasuki kota Manggar, aku meyempatkan diri berkunjung ke Pantai Bukit Batu dan Pantai Burung Mandi yang letaknya 35 km dari Tanjung Pandan. 

Pantai Burung Mandi merupakan pantai pasir putih seperti pantai-pantai di Belitung lpada umumnya, namun di pantai ini tidak ada batu-batu granit seperti yang ada di pantai Tj. Tinggi dan pantai Tj. Kelayang, yang ada hanyalah kapal-kapal nelayan yang di istirahatkan oleh pemiliknya dan deretan harmonis nan teratur para pasukan pinus. Aku tidak terlalu lama berada di pantai ini, karena tujuan yang utama adalah di kota Manggar dan Gantung yang jaraknya 87 km dari kota Tanjung Pandan.




Pantai Burung Mandi



Setelah menikmati pesona alam pantai Bukit Batu dan pantai Burung Mandi, aku menyempatkan diri mampir ke Vihara  Dewi Kwam Im yang letaknya tidak jauh dari lokasi pantai Burung Mandi. Ini adalah tempat beribadah umat Budha terbesar di Belitung. Vihara ini sangat unik, karena selain arsitektur China yang sangat melekat, dari tempat ini pulalah kita dapat melihat panorama pantai yang sangat indah karena letak Vihara yang berada di atas bukit. Di Belitung sendiri banyak sekali warga Tioghoa yang menetap dan berkeluarga. Mereka semua datang ketempat ini karena pada jaman dulu dibawa oleh orang-orang Belanda untuk bekerja di Pertambangan Timah. 


Vihara Dewi Kwan Im


Setelah dari Vihara, aku melanjutkan perjalanan jauh menuju kota 1001 warung kopi, Manggar. Kali ini hujan menjadi teman setia perjalanan-ku, di Belitung jika hujan sudah turun bisa tidak berhenti hingga malam hari, namun meskipun hujan turun, semangat-ku untuk menjelajahi Pulau Belitung tidak pudar, sehingga dengan mantap pula aku terus memacu kendaraan besi beroda dua yang aku kendarai. Dan akhirnya sampai juga di pusat kota Manggar, seperti yang aku katakan tadi, bahwa di kota ini banyak sekali warung-warung kopi disepanjang jalan raya, mereka menjadi teman setia penduduk di kota Manggar dan warung kopi ini akan sangat ramai ketika matahari telah kembali ke peraduannya, bergati dengan bulan bintang yang memperlihatkan senyum manisnya.

Dari kota Manggar aku melanjutkan perjalanan ke Gantung, aku ingin sekali bertemu dengan sepuluh sahabat Laskar Pelangi. 


Sekitar 30 menit lamanya perjalan dari kota Manggar menuju Gantung. Gantung sendiri adalah tempat utama lokasi syuting Film Laskar Pelangi, dimana ditempat ini terdapat pasar rakyat laskar pelangi, bekas perusahaan tambang timah, replika sekolah SD Muhamadiyah, tanah lapang tempat bermain dalam film laskar pelangi, perpustakaan Laskar Pelangi yang baru dibangun dan bendungan Pice. Selain itu di kota inilah Bu Muslimah yang asli, A kiong yang asli, Lintang pemain film laskar pelangi dan Mahar pemain film laskar pelangi tinggal. 
  


Bendungan Pice


Gantung - Ikal Bertemu A-Ling


Replika SD Muhamadiyah dalam Film Laskar Pelangi


Pasar Rakyat dan Perpustakaan Laskar Pelangi





Berburu Laskar Pelangi ;

Sampai juga aku di Gantung, di gantung-lah misi perburuanku mencari para pemain film laskar pelangi dimulai. Aku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan anak-anak pemain laskar pelangi seperti mahar, lintang dan sosok laskar pelangi yang asli yaitu Bu Muslimah dan A-kiong orang-orang di gantung sangat mengenali mereka, kamu cukup bertanya kepada salah satu orang di gantung dan dengan senang hati akan menunjukkan tempat dimana mereka tinggal. 



Hari Ketiga.
Bertemu Zulfani Pasha (Ikal),  Levina (A-ling), Flo 
dan Bapak Guru Achmand Fajeri (Mahar) ;

Singkat cerita, mimpiku untuk menginjakkan kaki di Pulau Belitung mendapat bonus bertemu dengan para pemain film dan sosok asli Laskar Pelangi. Sungguh kebahagiaan yang tidak akan terlupakan. Mata, hati dan telingaku secara bersamaan di manjakan dengan alam eksotis dan sosok manusia yang aku idolakan. Inilah saran dan tip keEnam: Jika kamu ingin bertemu Pasha (Ikal) datang saja saat hari sekolah setelah pukul 12 siang di SMAN 2 selain ikal kamu juga akan bertemu Achmad Fajeri (Mahar asli) dan Kucai. Sedangkan Levina (A-ling) tinggal di dekat tempat penerbitan koran, untuk lebih jelasnya bertanyalah pada Pasha daerah Levina tinggal dan Flo sekolah di SMP Regina Pacis.



Levina - A Ling
Zulfani Pasha - Ikal










Pak Guru Achmad Fajeri - Mahar


Hari Keempat.
Empat Hari Untuk Seribu Kenagan Indah 
tak Terlupakan! ;

Hari terakhir aku di surga tersembunyi ini, Pulau Belitung memberikan lagi dan lagi sebuah coretan indah  dalam hidupku. 

Disinilah aku melihat sesuatu yang belum pernah aku Lihat. 

Melakukan sesuatu yang belum pernah aku Lakukan.

Merasakan sesuatu yang belum pernah aku Rasakan.


Masyarakat Belitung



Sunset - Belitung




Lihat foto lainnya disini :
Pelangi di Negeri Laskar Pelangi




Senin, 16 Agustus 2010

Edensor





Aku ingin mendaki puncak tantangan, 
menerjang batu garanit kesulitan, 
menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. 

Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. 

Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: 
meletup tak terduga-duga, 
meyerap, 
mengikat, 
mengganda, 
berkembang, 
terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan. 

Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, 
menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. 

Aku ingin berkelana, 
menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. 

Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, 
ingin melepuh terbakar matahari, 
limbung dihantam angin, dan menciut dicengkeram dingin. 

Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, 
penuh dengan penaklukan. 

AKU INGIN HIDUP! INGIN MERASAKAN SARI PATI HIDUP!




Belitung, Langkah Awal Mewujudkan Mimpi-Mimpi





Akhirnya dalam beberapa hari lagi lebih tepatnya dalam tiga hari dari sekarang, saya akan memulai melakukan perjalanan ala backpacker menuju negeri Laskar Pelangi, Belitung! Inilah saat-saat yang saya nantikan, menginjakkan kaki pertama kali di Belitung dan kembali mendapat kesempatan luar biasa dari Tuhan untuk melihat, mendengar, dan merasakan bagaimana keindahan alam tersembunyi yang dimiliki Bumi Pertiwi.

Perasaan  penuh ketidak sabaran tentu menyelimuti saya di tiap detiknya terlebih saat arloji kamar serasa bergerak lebih cepat dan seakan-akan mengikuti dentuman cepat melodi jantung saya, dan hal ini juga yang menjadi salah satu pemupuk semangat saya untuk berkunjung ke Belitung meskipun hanya ditemani oleh kamera, tripod, ransel dan tentu uang yang minim. 

Dan seperti yang saya duga sebelumnya bahwa lebah-lebah akan menghampiri saya dengan  membawa pertanyaan-pertanyaan serta reaksi skeptis untuk memukul telak muka saya. Dan benar saja, pertanyaan mereka semua tidak jauh berbeda satu dengan yang lain.  Intinya adalah mereka heran dan tidak percaya dengan apa yang akan saya lakukan, mengapa saya berani-beraninya melakukan perjalanan jauh sendirian ke tempat yang belum pernah saya jumpai terlebih tidak ada kerabat yang tinggal disana. Mungkin menurut sebagian orang apa yang saya lakukan adalah tindakan gila, bodoh, dan penuh risiko tapi inilah yang saya cari dan saya inginkan selama ini. Ingin sekali menikmati suasana yang berbeda dengan keadaan yang jauh dari zona nyaman dan aman.

Saya yakin sekali dengan rencana dan persiapan yang selama ini telah saya lakukan, saya berharap bahwa perjalanan saya ke Belitung akan memperkaya pengalaman saya yang tentunya suatu saat akan saya bagikan kepada manusia lain. Inilah salah satu langkah dari berjuta-juta langkah yang akan saya jumpai untuk menggapai  dan mewujudkan mimpi-mimpi saja. Ya! Suatu saat nanti akan saya jelajahi dunia!

Ingat teman, ada banyak tempat indah di belahan lain Bumi ini, tapi begitu sulitnya kita membuka mata untuk mecoba melihat, melakukan dan merasakannya, sehingga yang terjadi kita terus terdiam dan terlelap dalam permainan mimpi-mimpi kita, akibatnya kita hanya menjadi seorang yang berani bermimpi tapi tidak berani untuk mewujudkannya!  Sekarang kembalilah menutup mata, tidurlah, bermimpilah, dan cobalah mencari cara untuk selangkah lebih cepat mewujudkan mimpi kita. 


Terimakasih untuk kedua orang tua saya yang telah mendukung saya mewujudkan mimpi-mimpi saya dengan membiarkan anaknya menjadi gila untuk melakukan perjalanan gila ala backpacker. 


Perjalanan saya ke Belitung ini menjadi awal kencintaan saya dalam dunia Backpacker. Total pengeluaran uang selama disana (4 hari 3 malam) hanya sebesar Rp 150.000. Selengkapnya, mari baca kisah berikut ini. Klik : Belitung : Pelangi di Negeri Laskar Pelangi



Selasa, 10 Agustus 2010

Tana Toraja : Negeri Orang Mati yang Hidup



Gunung Nona




Segeralah bangun matahari, bangkitlah dari peraduan-mu sinarilah Indonesia-ku dan akan kulihat elok nan indahnya alam Tanah Pertiwi di Tana Toraja. 


Saya terbangun dari tidur malam, pagi ini matahari begitu semangatnya bersinar seakan tak peduli bahwa umurnya sudah tidak tua lagi. Cahayanya yang begitu kuat dan terang membangkitkan gairah untuk melakukan perjalanan panjang menuju Tana Toraja, Sulawesi Selatan.


Toraja, inilah tujuan wisata saya pada liburan akhir Desember tahun lalu ( 2009 ), saya sudah lima kali bertamu ke kampung halaman Ayah saya ini, namun Negeri ini senantiasa menghidupkan ingatan saya tentang sebuah pengalaman dan pesona panorama alam serta keunikan adat-istiadatnya, mungkin itulah sebabnya saya selalu rindu kembali kesini.

Sungguh sebuah perjalanan panjang yang cukup melelahkan, jika stamina tidak kuat, tak jarang akan membuat kepala serasa berputar-putar, karena jalan yang berliku-liku dan naik turun menjadi teman perjalanan. Beruntunglah saya berjumpa dengan si Nona yang baik hati, dengan keramahannya saya diperbolehkan untuk beristirahat di warung-warung yang berdiri di depan tubuhnya. 


Mereka menyebutnya Gunung Nona. salah satu pemandangan yang sangat menarik ketika kita melakukan perjalanan ke Tana Toraja. Gunung Nona terletak di desa Bambapuang, Kabupaten Enrekang, di sebuah warung kopi saya akanbeirsitirahat sejenak, menyeruput secangkir kopi hangat, sembari menikmati tubuh indahnya. 


Ada yang bilang bahwa wisata yang menarik adalah ketika mata, hati dan telinga kita bisa merasakan merdunya alunan suara ombak pantai, ada juga yang bilang bahwa wisata yang unik adalah ketika mata kita melihat bangunan-bangunan unik dan tua berdiri kokoh di hadapan kita, Tapi sayang, di Toraja semua ini hanya bisa diimajinasikan saja, karena tidak ada obyek wisata seperti itu di tempat ini! Lantas apa yang menarik dan unik di Tana Toraja?





Dua Sejoli di Pemakaman Londa





Negeri Orang Mati yang Hidup ; 

Julukan yang saya berikan setelah sekian kali berkunjung ke Tana Toraja. Melihat bagaimana tengkorak-tengkorak manusia memperlihatkan pesonanya dan berpuluh-puluh kerbau dan babi dengan rela disembelih ketika upacara kematian berlangsung demi sebuah ritus kehidupan.



Suasana pada pesta Rambu Solo'




Londa, Lemo dan  Lo'Ko Mata ;

Merupakan salah magnet kuat yang menarik minat wisatawan untuk datang ke Tana Toraja. Londa, Lemo dan Lo'Ko Mata adalah Pemakaman Tradisional yang sangat terkenal di kalangan wisatawan lokal maupun mancanegara. Peti mati dan tulang-belulang manusia akan diletakkan ke dalam dinding berbatu diamana terdapat lubang dan gua-gua pada bagian dalam. Jangan takut untuk masuk ke dalam, karena mereka semua akan menyambut kalian dengan ramah dan senang hati, asalkan tidak sekali-kali punya keinginan untuk mengambil tulang belulang mereka. 







Londa
Lemo



Peti Mati - Suasana di dalam Londa




Merokok Hingga Akhir Usia




Dibantai demi sebuah ritus kehidupan 
dan strata sosial. ;


Datanglah di bulan Juni, Juli atau Desember dan saksikanlah pembantaian kerbau dan babi secara kolosal oleh para penjagal, inilah saran dan tip saya ketika kamu ingin berkunjung ke Tana Toraja. Di bulan-bulan  itu, kita dapat melihat bagaimana unik dan sakralnya adat-istiadat Tana Toraja. Upacara adat kematian (Rambu Solo') salah satunya. Upacara kematian (Rambu Solo') mewajibkan keluarga yang ditingalkan membuat pesta sebagai tanda penghormatan kepada yang meninggal. Pesta ini mulai berlangsung satu malam bahkan hingga tujuh malam lamanya, dalam Upacara Adat ini berpuluh-puluh ekor kerbau dan babi  akan disembelih, tergantung strata sosial keluarga tersebut.



Kerbau Belang (Bahasa Toraja : Tedong Bonga) 200 - 250 Juta


Tana Toraja selalu membuat saya terpukau dan kagum dengan apa yang mereka miliki. Mulai dari wisata  Pemakaman Tradisional, Upacara Adat Kematian, Keindahan Alam, Keramahan Masyarakatnya dan Rumah Adatnya senantiasa menampilkan pesonanya. Sungguh pengalaman yang tak akan terlupakan.


KE'TE KESU - Perumahan Tradisional Tana Toraja





Tongkonan - Rumah Adat Tana Toraja











Kamis, 05 Agustus 2010

GARUDA dalam sangkar (mozaik akhir)

Inilah yang bisa saya simpulkan mengapa si singa bisa dengan mudahnya menggigit tubuh si garuda dan si kembar bisa merasa kokoh hingga mengalahkan gagahnya sang garuda.

1. ‘Kepribadian bangsa bisa dilihat dari cara warganya berkendara di jalan raya’.
•    Traffic light di Singapore dan Malaysia, warna hijau pada lampu artinya jalan terus, warna merah artinya berhenti dan warna kuning artinya kurangi kecapatan dan berhentilah sebelum lampu merah menyala. Traffic light di Indonesia, warna hijau pada lampu artinya jalan terus, warna merah artinya berhenti dan warna kuning artinya tambah-lah kecepatan sebelum lampu merah menyala.
•    Di Singapore dan Malaysia, jika pengedara mobil atau motor menyalakan lampu dim (lampu jarak jauh) artinya memberi jalan bagi pengedara lain atau pejalan kaki untuk lewat terlebih dahulu. Sedangkan di Indonesia apa arti dari lampu dim dinyalakan? Ya! Artinya pengedara mobil atau motor yang menyalakan lampu dim tersebut meminta pengendara lain memberikan jalan.

2. Devisa utama Singapore dan Malaysia adalah pariwisatanya, sedangkan devisa utama Indonesia adalah? Ya! Warga Negara Indonesia yang tidak beruntung karena harus hidup dan akhirnya bekerja di Negara lain (T K I).


3. Singapore dan Malaysia memiliki alat transportasi yang luar biasa aman, memadai, terjangkau, dan bersih terawat. Sedangkan di Indonesia?

4. Di Singapore dan Malaysia, wisatawan dari luar negeri maupun dalam negeri merasa menjadi tuan rumah sehingga mereka merasa terlindungi dan aman. Sedangkan di Indonesia sebagai contoh di pulau Bali, wisatawan dari luar negeri seperti raja, sedangkan wisata dari dalam negeri justru seperti tamu dirumah sendiri (rasakan-lah perbedaan ini dengan melihat cara pengelola tempat wisata di Indonesia menyapa dan melayani wisata mancanegara dengan wisata Indonesia).

5. Di Singapore dan Malaysia bagunan-bagunan tua di pelihara, dirawat dan di jadikan aset Negara dan pariwisata. Sedangkan di Indonesia bagunan tua zaman dulu dihancurkan demi keuntungan pihak-pihak tertentu.

6. Di Singapore dan Malaysia, akses menuju tempat wisata sangat mudah di jangkau baik dengan transportasi pribadi maupun transportasi umum karena jalan rayanya yang baik, aman dan terawat. Sedangkan di Indonesia jalan menuju tempat wisata jauh dari kesan aman dan terawat, bahkan ada yang tidak layak untuk dilalui.

7. Di Singapore dan Malaysia, untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan maka permen karet dan rokok dijual sangat-sangat mahal, bahkan meludah di jalan rayapun dikenakan denda. Sedangkan di Indonesia?

8. Di Singapore dan Malaysia, polisi lalu lintas menjaga keamanan dan ketertiban, bahkan karena sangat aman dan sudah teraturnya jalan raya disana sehingga sangat jarang ditemukan polisi di jalan raya untuk mengatur lalu lintas. Sedangkan di Indonesia, polisi lalu lintas sibuk menangkap pengendara bermotor yang kemudian mencari-cari kesalahan dan mendapatkan uang tambahan untuk membuncitkan perutnya. 


Inilah beberapa dari sekian banyak alasan yang sebenarnya bisa menjadi kesimpulan mengapa Garuda kalah bersaing dengan Singapore dan Malaysia. Tapi seharusnya apa yang saya buat ini bukan bermaksud menjadikan Garuda menjadi burung gereja, melainkan mencoba melihat, belajar dan bercermin dari Negara lain agar GARUDA-ku mampu lepas dari sangkarnya dan terbang lebih tinggi di dunia internasional. Selamat Terbang Garuda!

Selamat Terbang Tinggi Garuda!


GARUDA dalam sangkar (mozaik awal)

Garuda dalam sangkar, ini adalah judul yang menurut saya sangat tepat menceritakan apa yang saya rasakan setelah saya menginjakkan kaki di negara singa dan negara si bangunan kembar.

“Jika kamu ingin mengenal Negara-mu maka berkunjunglah ke Negara lain”.
Kagum dan terpesona. Itulah perasaan yang pertama kali saya rasakan ketika melakukan perjalanan ke Singapore dan Malaysia. Dua Negara yang tentunya tidak asing di telinga kita. Letaknya yang berdekatan dengan Bumi Pertiwi membuat kedua negara ini sering dikunjungi oleh wisatawan dari Indonesia, bahkan Indonesia menempati urutan pertama (mengalahkan China) sebagai wisatawan terbanyak yang berkunjung ke Singapore. Rata-rata tiap tahunnya 1,7 juta orang warga Indonesia dari total 9.6 juta wisatawan mancanegara bertamu ke Singapore. Dan wisatawan Indonesia menempati urutan pertama dalam hal mengeluarkan uang di semester pertama di Singapore yaitu sebesar S$1,07 miliar. Tidak kalah hebatnya (lagi) Indonesia menjadi pemasok wisatawan terbesar ke Malaysia setelah Singapore dengan angka kunjungan rata-rata 2,5 juta orang tiap tahunnya. Sungguh angka yang luar bisa fantastis bukan? 

Kemudian  apa sih kehebatan dua negara ini sehingga dengan mudahnya menjadi kekuatan baru pariwisata dunia terutama di benua asia?
Sebenarnya dari segi SDA, Singapore dan Malaysia tidak ada apa-apanya di banding Indonesia. Bersyukurlah kita karena banyak sekali pulau-pulau eksotis dengan keanekaragaman flora dan faunanya lahir di Tanah Pertiwi. Begitu banyak aneka ragam budaya, agama, adat istiadat dan suku bangsa yang menjadi warna pelangi di langit kita. Sekarang bandingkanlah dengan tetangga kita.


Ya! Malaysia memang masih sedikit bisa bernafas (meski dengan bantuan tabung oksigen) karena ada Getting Highlands (arena hiburan di dataran tinggi) yang memiliki nuansa alam yang lumayan memyegarkan mata, namun menurut saya itupun masih kalah jauh dengan potensi yang dimiliki oleh Indonesia, sebut saja puncak Bogor di Jawa Barat, apalagi jika harus di bandingkan degan pesona alam Tanah Toraja, ya bisa di pastikan Malaysia tidak akan bisa bernafas lagi dengan normal. Dan sekarang mari kita lihat wisata alam yang di miliki Singapore. Negara ini kalau ibarat pasien rumah sakit, dia sudah masuk dalam ruang UGD. Singapore sebagai Negara bekas jajahan Inggris tidak memiliki wisata alam asli yang bisa di sombongkan. Kasihan kan?


Lantas kenapa saya terpesona dan kagum saat tiba di Singapore dan Malaysia? Inilah jawabannya. Si singa meski tidak memiliki wisata alam asli, namun mereka mampu menarik begitu banyak wisatawan mancanegara untuk bertamu di negaranya, bahkan sumber utama devisa negara mereka berasal dari Pariwisata. Ya! Hanya dari pariwisatanya-lah si singa bisa makan, hidup dan selalu berdiri kokoh di Merlion Park. Bayangkan saja, hanya karena Si singa tidak berada di dalam sangkar dan di lepas bebas di sebuah taman berukuran 2.500 meter itu, kini dia menjadi ikon wisata Singapore di dunia internasional. Luar biasa! Itu hanya satu contoh tempat wisata di Singapore dari sekian banyak tempat wisata lain yang tidak kalah menakjubkan. Sekarang kita intip si tetangga kita yang lain, yaitu Malaysia. Siapa yang tidak kenal dengan Twin Tower Malaysia, dua bangunan kembar yang berdiri kokoh di pusat kota KL ini mempunyai primadona tersendiri untuk wajib dikunjungi. Ini hanya sebuah bangunan kantor yang serupa! Yang di Jakarta dan Surabaya sendiri bahkan ada banyak bangunan megah yang kembar! Tapi kenapa bisa si Twin Tower begitu terkenalnya hingga lagi-lagi menjadi ikon wisata Malaysia di dunia internasional? Sungguh hebat kan Negara tetangga kita yang satu ini?




Merlion Park, Singapore
Twin Tower, Malaysia


Baca Juga:

Rabu, 04 Agustus 2010

Pasar Malam JB (mencoba kembali bernostalgia)



14 NOVEMBER 2009.  


Saat matahari mulai tersipu malu dan segera kembali keperaduannya disaat itulah laksana bulan dan pasukan bintang tertawa menyambut heboh nan indahnya putaran BIANGLALA. Ya bianglala itu terus menggoda seakan menjadi selimut dinginya malam saat itu. 

Gulalipun mulai merayu dan tersipu malu ketika orang-orang tersenyum geli merasakan manis tubuhnya. Daat saat itu pula orang-orang menari mengikuti alunan musik nan indah, akhirnya acara ini pun ditutup dengan indanya fireworks tatkala mereka saling bergantian meluncur ke lagit. PASAR MALAM JB ini tak akan terlupakan!




Terima kasih buat semua orang yang terlibat dalam acara ini, kalian semua adalah manusia hebat yang bekerja tidak hanya menggunakan otak, tenaga, tetapi juga hati dan dengan ikhlas kalian persembahkan untuk TUHAN, di tiap tetes keringat kalian adalah persembahan terbesar buatNya, dan saat kamu berteriak bahagia jangan lupa untuk bersyukur.

Jangan terpaku pada acara ini saja teman-teman, karena saat matahari kembali menyapa kita dan tersenyum bahagia melihat kerja keras kita, maka saat itulah kita harus tetap ingat bahwa ada tugas lain buat kita untuk terus membawa nama JB sambil berkata “inilah JB!”

Kalian tau apa kata pasukan bintang semalam?
"Kalian semua menggangu tidur kami manusia hebat! kalian semua telah membuat orang-orang terharu dan tertawa gembira dengan kerasnya karena melihat akhir pasar malam ini".