Senin, 15 Oktober 2012

Magelang : Di malam hari menuju pagi




Hi, traveler! Saya kembali lagi dalam sebuah perjalanan yang kali ini random banget. Impulsif, tanpa rencana, serba mendadak, tanpa berpikir panjang dan sekedar dorongan untuk mengekspresikan keinginan.

Sepertinya saya itu memang di takdirkan sebagai pejalan sejati *Ngok! Bisa jadi, dikarenakan waktu kecil saya sering diajak jalan-jalan atau mungkin saya terlahir ketika orang tua saya sedang jalan-jalan! Hahaha, entahlah. Pada intinya saya suka banget jalan-jalan!

Sebelum jalan-jalan saya memang terbiasa untuk terlebih dahulu mencari beberapa informasi tentang suatu tempat yang akan saya kunjungi, mislanya mencari tahu cara menuju lokasi dan membaca rekomendasi dari mereka yang telah mengetahui. Tapi bukan berarti hal tersebut dijadikan patokan pasti, kondisi dan situasi mengharuskan seorang traveler untuk fleksibel. Traveler itu harus Liar dan Bebas, bung !!


13 Oktober 2012

Di malam hari itu saya bersama teman-teman hendak melihat Festival Ramayana di Pelataran Terbuka Candi Prambanan. Banyak info dari dunia maya kalau Fetival Ramayana gratis untuk umum. Mendengar kabar tersebut, mental gratisan kami langsung meletup-letup. Buat saya pribadi, ini adalah kesempatan yang nggak boleh dilewatkan. Selama ini, saya juga nggak pernah melihat pentas sendratari Ramayana !!

Karena terlanjur semangat, kami tiba di lokasi satu jam sebelum pertunjukan dimulai. Nah ini, saat menuju lokasi pertunjukan perasaan tiba-tiba jadi nggak enak. Berjalan beberapa langkah, dengan jelas saya melihat dua layar lebar terpasang di halaman luar pelantaran candi dan ticket box dalam keadaan terbuka! Ciat.. ciat.. ciat.. ternyata yang dimaksud gratis itu cuma sebatas nonton dari layar lebar! Kalau mau lihat secara langsung ya tetap harus bayar! Dan banyak juga pengunjung yang terkena zonk seperti kami, hahaha.

Harga tiket termurah untuk pentas sendratari Ramayana sebesar Rp 150.000 . Lumayan mahal sih, tapi saya yakin harga segitu sepadan dengan eloknya pertunjukkan. Tapi ya mau gimana lagi, saat itu kami nggk membawa banyak uang, semoga di lain waktu ada kesempatan untuk melihat.

Karena Senin masih lama.. Kami sepakat untuk pergi meninggalkan Candi Prambanan dan berangkat menuju Borobudur! Banting haluan, disana ada pembukaan kampanye energi terbarukan dan ada Payung Teduh! Musik Payung Teduh itu sungguh meneduhkan hati ya, pas banget buat mereka yang sedang putus cinta. *Sial. Curhat! Kemudian sayup-sayup terdengar alunan dan lirik lagu, Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan. 


Tak terasa gelap pun jatuh
Di ujung malam menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya

Lalu mataku merasa malu
semakin dalam ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
tatkala harus berpapasan di tengah pelariannya

Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya


Berbahagialah bagi siapa saja yang kuliah di bidang studi Teknik Perminyakan UPN. Disanalah manusia-manusia dari berbagai kelamin dan daerah berkumpul. Di Magelang kami bertemu dengan Purbo dan Robi. *Robi?! Kemudian terbanyang komedian Tarzan.

Saya baru menyadari kalau teman saya yang bernama Robi itu sejenis Mafia region kecamatan Borobodur. Mau masuk ke Candi Borobudur gratis, seluruh satpam Candi Borobudur dan sekitarnya kenal sama dia, orang-orang dari berbagai profesi juga kenal dia. Semakin dekat dengan tempat tinggalnya prosentase makhluk hidup yang kenal dia mendakati 99%. Ini serius, coba saja!

Setelah melihat penampilan Payung Teduh di taman Lambini. Obrolan singkat dan tak pikir panjang, membuat kami sepakat menerima tawaran Robi untuk menginap semalam di Magelang supaya kesesokan harinya dapat melihat Sunrise di Punthuk Setembu dan keindahan alam di Desa Bandongan.

Payung Teduh


14 Oktober 2012

Menuju pagi, di kawasan wisata alam Puthuk Setembu kita dapat melihat matahari yang muncul diantara Gunung Merapi dan Merbabu. Bersamaan dengan itu, kabut perlahan turun dan Candi Borobudur pun akan terlihat! Sedangkan di Badongan terdapat hamparan sawah luas di perbukitan, dimana kita disuguhkan pemandanga apik nan indah sistem terasering. Menulusuri jalan setapak menuju atas bukit, kita akan menemukan Candi Hindhu Selogriyo dilengkapi dengan sumber mata air. Sungguh, istimewa sekali!

Borobudur Nirwana Sunrise - Puthuk Sitembu

Percayalah, orang lokal itu informan terbaik dibanding mesin pencari informasi sekalipun. Dari orang lokalah kita mengetahui tempat terbaik yang belum terekspos. Dari orang lokalah kita saling berbicang untuk memperkaya pengetahuan. Dari orang lokalah kita menjadi Pejalan anti mainstream! Hahaha.


Persawahan di lereng bukit Giyanti, di bawahnya tereletak Candi Selogriyo