Jumat, 11 Mei 2012

Long Life The King





Saat itu saya sedang berada di atas jembatan penyeberangan yang menghubungkan antara Anyer dan Panarukan, Plak! Salah! Maksud saya, di atas jembatan penyeberangan antara Mah Boon Krong dan Siam Square. Hingga kemudian semua orang mematung, mungkin lebih tepatnya berhenti untuk sesaat. Pejalan kaki tiba-tiba menghentikan lagkahnya.

Karena penasaran, saya mencoba bertanya dengan seorang pria yang juga berhenti secara tiba-tiba tepat di depan saya.


''What's wrong ?'' 

Sial! Suara saya terdengar begitu keras, ini karena jalanan yang tadinya bising oleh lalu lalang kendaraan, jembatan yang tadinya ramai oleh obrolan manusia, tiba-tiba hilang entah kemana, bahkan Skytrain-pun tidak di operasikan untuk sesaat.


''The King of Thailand.'' Jawab pria tadi dengan nada yang sangat lirih, seakan takut kalau-kalau suaranya sekeras saya tadi.

Sebenarnya saya pribadi belum bisa percaya dengan jawaban tadi, tapi kalau memang benar karena rajanya akan lewat hingga semua aktivitas harus berhenti, saya tidak menggangap itu sebagai sesuatu yang aneh atau berlebihan.

Dari apa yang saya lihat dan rasakan, rakyat Thailand memang sangat menghormati, patuh dan setia kepada Raja-nya. Contoh yang paling gampang adalah banyaknya foto-foto raja Bhumibol Adulyadej terpasang di kantor imigrasi, kantor polisi, beberapa sudut jalan, pertokoan, wat, sekolah, dan lain-lain. 

Selain memasang foto, dari beberapa sumber yang saya dapat, Raja Thailand memang terkenal dekat dengan rakyatnya. Kedekatan itulah yang membuat rakyat Thailand begitu mengelu-elukan sang Raja. Bahkan di hari tertentu rakyat Thailand menggunakan pakaian berwarna kerajaan (kuning)  dan saat hari ulang tahun Raja mereka menggunakan aksesoris bertuliskan Long Life The King - Umur Panjang Raja. 

Beberapa menit kemudian enam mobil elit berwarna hitam melintas dengan cepat di jalan raya yang berada tepat di bawah jembatan penyeberangan, setelah itu semua kembali seperti biasa. Jalanan yang tadinya sepi kembali ramai oleh kendaraan bermotor, dan jembatan penyeberangan kembali diramaikan oleh obrolan dan hilir-mudik pejalan kaki.


''Wah keren ya, beda dengan di Indonesia.'' Kata pria itu kepada saya, sembari berlalu. Ucapan itu seakan menyakinkan saya, bahwa yang lewat tadi memang rombongan dari Kerajaan Thailand. 


Aha! Ternyata benar, sudah saya duga sebelumnya, dia adalah orang Indonesia. Saya yakin, karena ciri-ciri yang menyelimuti dirinya itu memang Indonesia banget.

Dari sebuah pengamatan yang saya lakukan, wisatawan yang berkunjung di MBK itu cuma ada dua jenis :

Pertama, wisatawan dari luar Asia Tenggara, dimana dapat kita kenali dengan sangat mudah.

Kedua, adalah wisatawan asal Asia Tenggara. Dari obrolan singkat dengan seorang pedagang kaos di Mah Boon Krong atau yang biasa dikenal dengan nama MBK, bahwa pengunjung di MBK itu paling banyak  berasal dari Indonesia dibanding Malaysia apalagi negara Asia Tenggara lainnya. Bahkan di MBK-pun banyak pendagang souvenir dan kaos dapat berbicara beberapa kata dalam bahasa Indonesia, terutama angka untuk menyatakan nominal sebuah harga.

Dan alasan lain yang membuat saya yakin bahwa dia adalah orang Indonesia adalah tulisan yang tertera di pakaian yang dia gunakan, bertuliskan : I ♥ BKK . Wisatawan asal Indonesia banget-kan? Hehehe.




Lucky Number ; 

Tujuan saya ke MBK, tidak lain tidak bukan hanya untuk melihat-lihat souvenir, dan kios-kios penjual pakaian yang terletak di lantai tiga. Belum lama saya berada di area khusus souvenir ini, saya sudah menemukan sesuatu yang unik nih, ketika saya melihat ada beberapa kios kaos yang menjual semua dagangannya dengan harga sama, yaitu sembilan-sembilan. 99 Baht untuk satu baju, lucky number mungkin! Hehehe.

Kalau untuk urusan baju menurut saya pribadi memang lebih baik beli di MBK saja. Selain harganya yang relatif murah, desain baju-pun lebih beraneka ragam dari pada di Cathucak Market. Tapi, untuk masalah souvenir ? Hmmm, saran saya, coba ke Cathucak Market saja.


Setelah dari MBK saya menyempatkan diri menuju Cathucak Market, ini adalah pasar tradisional yang hanya ada di hari Sabtu dan Minggu saja, jadi nggak heran kalau pasar ini lebih di kenal dengan nama Weekend Market, dan pengunjungnya ramai banget nget nget.

Untungnya tempat ini sangat luas, dengan penataan kios yang rapi dan di tempatkan pada area-area sesuai jenis barang apa yang dijual, membuat pasar ini nggak terasa sesak.

Barang yang dijual di Chatucak pun beraneka macam, mulai dari kaos, tas, sepatu, lukisan, kain, makanan, dan lai-lain. Khusus untuk souvenir, yang di jual lebih variatif dan relatif murah juga, intinya pintar-pintar kita nawar aja. Jadi, untuk urusan beli souvenir, sepertinya Chatucak Market jauh lebih baik.


Dan ini yang saya beli di MBK dan Cathucak Market :


Boxer Merah Merona dengan Motif Gajah




Kaos Muay Thai dengan Harga 99 Baht



Tiga Sekawan










Tidak ada komentar:

Posting Komentar