Jumat, 11 Mei 2012

Thai Ladyboy




Saya itu merinding campur ngilu kalau lihat apalagi dekat-dekat sama yang namanya waria, semacam paranoid, karena dahulu kala titit saya pernah di pegang sama pengamen waria! Kremes! Emang sial tuh bencong! Makanya sebelum ke Thailand, saya sudah mewanti-wanti diri saya untuk menganggap terlebih dahulu semua wanita cantik adalah waria, jadi nggak boleh dekat-dekat sama wanita sebelum yakin 100 % dia adalah seorang wanita tulen.

Saya tiba di Khaosan Road saat malam sedang berpesta, banyak sekali turis berbaur dan ikut merayakannya. Mereka pada nongkrong, minum bir, sihsa, pijat, dan lain-lain. Tapi yang paling menarik perhatian saya itu adalah sosok mas-mas, mbak-mbak, atau apalah itu namanya, saya bingung memberi sebutan untuk seorang waria. Waria itu singkatan dari wanita-pria, gimana coba? Wanita enggak, apalagi pria, kalau nyebut mbak enggak pantes, kalau nyebut mas nanti dia marah, atau ssssttt (di baca: ses) aja kali ya?

Mereka itu pada seliweran di kawasan Khaosan Road. Mereka cantik-cantik lho, berpakaian sexy, dan make up merekapun nggak menor kayak waria-waria di Indonesia pada umumnya, sepintas mereka tampak seperti wanita tulen, atau bahkan bisa dibilang melebihi, tapi melebihinya dari segi penampilan saja lho ya.

Ternyata untuk mebedakan antara waria dengan wanita tulen sebenarnya tidak terlalu sulit kok. Cara paling mudah adalah memperhatikan saat mereka berjalan, waria itu kalau jalan agak berle' alias berle'-bihan, nggak cuma ukuran payudaranya aja yang berlebihan, tapi gerakan pinggul, pantat, dan kakinya saat jalan pun seperti dibuat-buat, dengan kata lain mereka sangat menonjolkan bagian-bagian tubuh yang bisa dibilang sempurna untuk seorang yang tadinya adalah pria.

Lihat juga pada bagian jakunnya. Kalau waria itu 'biasanya' mempunyai jakun. Kenapa saya bilang biasanya, karena ada waria yang jangkunnya udah hilang, mereka nekat operasi jakun, jadi jakunnya emang bener-bener nggak ada lho. 

Tapi, menjadi sulit jika kita melihat waria dari cara mereka beriteraksi dengan orang, beda dengan waria di Indonesia yang pada umumnya masih menyimpan sisi maskulin-nya dan keagresifan-nya ketika berinteraksi. Waria di Thailand pada umumnya benar-benar menghayati perannya, supaya dianggap sebagai wanita. Mereka itu nggak agresif saat berbicara, bicaranya pelan dengan nada suara rendah dan sebisa mungkin menyamai suara wanita pada umumnya. Selama di Thailand saya juga nggak pernah melihat waria yang jadi pengamen, mintain duit, dan aktivitas sejenisnya. Waria disini elit nongkrongnya aja di cafe atau bar!

Yap, waria di Thailand itu legal, pemerintah Thailand memperbolehkan warganya mengubah kelaminnya. Bahkan di Thailand ada semacam parodi musik dan teater yang sangat terkenal dimana keselurahan pemeran wanitanya adalah waria asli produk Thailand. Misal Simon Cabaret Show di Patong, Phuket.



Cabaret Show;

18 jam kira-kira perjalanan dari Bangkok menuju Phuket. Ini perjalanan darat terjauh, dan paling capek, alhasil bikin pantat keram! Untuk ke Phuket kita harus mengganti bus terlebih dahulu dengan minivan di Surat Thani. Kemudian kita akan di bawa ke Phuket Tiwn Terminal yang terletak di Phang Nga Road.

Setibanya di Phuket naik songhtaew menuju Pantai Patong, songhtaew biasa mangkal di Ranong Road, kendaraan ini semacam angkot antar pantai dengan berbagai tujuan dan hanya perlu membayar 20 Bath sekali jalan (1 Bath sama dengan 325 Rupiah). Murahkan?




Saya pribadi lebih memilih menginap di daerah Pantai Patong dari pada Phuket, Patong jauh lebih ramai dan berwarna, selain itu, karena kawasan ini menjadi tempat diadakannya pertunjukkan Cabaret Show.

Pokoknya kalau ke Patong, anggarkan pengeluaran 800 Bath untuk melihat pertunjukkan ini ya, jangan sampai di lewatkan deh, tiket bisa di beli di seluruh agen yang berada di Patong, harganya sama dengan beli langsung di lokasi pertunjukkan. Dalam sehari ada dua kali pertunjukkan, pukul 19.30 dan 21.30. Saya membeli tiket untuk pertunjukkan paling akhir.

Kagum, itulah kesan pertama yang saya rasakan saat kali pertama melihat pertunjukkan ini. Para waria di pertunjukkan ini benar-benar menyerupai seorang wanita. Menggunakan gaun indah nan sexy, berlengak-lengok, menari dan bernyanyi seakan artis ternama yang sedang tampil dalam sebuah konser kelas dunia, mereka nampak cantik. Belum lagi konsep pertunjukkan, lighting, dan tata musik yang sangat fantastis. Cabaret Show menarik sekali dan sangat menghibur! 

Oia, selama pertunjukkan berlangsung kita dilarang mengambil gambar ya, kalau ketahuan nanti bisa di kucilin se-Thailand, jadi jangan coba-coba melanggar deh! Namun, setelah pertunjukkan berakhir, kita boleh memfoto dan foto bersama para pemainnya.


Dilarang


Dengan membayar tip 40 Baht, kamu boleh berfoto dengan para waria yang cantik-cantik itu. Setelah acara berakhir, saya baru sadar kalau ternyata banyak banget yang melihat pertunjukkan ini, nggak kebayang berapa penghasilan yang mereka dapatkan tiap harinya. Seketika saya jadi ingat dengan ombrolan singkat bersama seorang pegawai pijat Thai Massage, sebut saja namanya Alpha (nama disamarkan, demi kebahagian bersama).

Saat itu kami berdua berbincang mengenai waria di Thailand. Singkat cerita, Bu Alpha menyetujui adanya waria, ''Ladyboy itu sah-sah saja di Thailand, mereka adalah aset negara.''

Kemudian bu Alpha menambahkan, ''Kalau ladyboy yang tampil di acara-acara sejenis Cabaret Show, sebagian besar sudah di operasi plastik, mulai dari wajah, hidung, sedot lemak, payudaranya disuntik silikon, jakun dioperasi, tititnya pun juga dipotong.'' Krez! krez! Yamy!

Namun, meskipun transgender adalah sesuatu yang legal, tetapi ada peraturan dari pemerintah Thailand dimana segala macam Kartu Indentitas nggak boleh ganti jenis kelamin menjadi perempuan, sesempurna apapun perubahan yang mereka lakukan ya harus tetap ditulis laki-laki.

Terakhir, bu Alpha juga menasehati saya agar tidak pernah menanyakan, ''Apakah anda ladyboy?'' kepada seorang ladyboy, kalau tetap nekat nglakuin hal itu, bisa-bisa di telen hidup-hidup. Kemudian senyum mengembang dari wajah ceria bu Alpha, dan serentak kami tertawa bersama, tertawa untuk mengakhiri kisah.



Foto Bersama Ssssttt




4 komentar:

  1. Kalau anda ngilu, kalau saya sih tertohok mas, hehe...ladyboy di simon cabaret itu mulusnya ngga ada dua ya, cewe asli aja kalah. Tapi sempet kepikir ngga mas, kehidupan mereka di masa mendatang kaya gmn y? Saya sempet liat sih ladyboy yg udah uzur dan nampang di Bangla, jadi agak mirip Tessy gtu mukanya :D Tetep eksis dengan kostum bulu2nya...haha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahaha. tapi kalau Thai LadyBoy ngilu-ngilu enak gimana gitu.. hahaha nggak bikin tertohok!

      oo yaa? saya pribadi malah belum pernah lihat ladyboy yg udah tua. kurang beruntung saya! haha

      Hapus
  2. Modyar! Kalau artikel ini nggak menyingung tentang ladyboy nggak bakal nyangka saya kalau itu orang Thailand yang difoto adalah cowok, hahaha. Cuma nggak kebayang aja sih, masak segitunya jadi ladyboy sampai alat kemaluan juga dipotong. Hadeeeh...

    BalasHapus
  3. haha kaget gak nyangka campur aduk jadi satu ! tapi thailand keren sekali dari segi culture-nya....

    BalasHapus