Minggu, 01 Oktober 2017

Sampurasun Purwakarta

Ku kenalkan kalian dengan kawan lamaku ini, aria namanya, kami berkenalan saat mengikuti karantina di salah satu lembaga kursus di Bandung. Tiga bulan kami mempersiapkan diri untuk lolos saringan masuk perguruan tinggi ITB dan syukur saat itu dia lolos, sayang ku tidak. 

Foto bersama Aria

Lima tahun berlalu, kami pun tidak pernah bertemu lagi selain sesekali bertukar kabar. Setelah beberapa kali merencanakan untuk bertemu, akhirnya niat itu terwujud di Sabtu kemarin. Bersama nonot dan om jul, kami berangkat ke Purwakarta. Mobil berplat AB itu kami laju melintasi jalan tol  Jakarta - Cikampek.

"Di jalan Jendral Sudirman, persis di depan patung Jendral Sudirman juga, The Sunday namanya." Begitu jawab aria ketika ku tanya lokasi cafenya berada. The sunday adalah cafe milik keluarganya, setelah keluar dari pekerjaan lamanya dia memutuskan fokus mengelolanya. Itulah salah satu alasanku ingin menemui aria, ku ingin merangkul teman sejiwa, bertanya dan mendengarkan caranya memulai dan menggembangkan bisnisnya. Seperti layaknya kawan lama yang lama sekali tak bertemu, maka dengan spontan kurangkul dia dan kukatakan "Jancuk ! Sudah lama banget nggak ketemu cuk, gimana kabar ?!" "Apik jod." Dan ketawa kami pun lepas. Senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan kawan lamaku ini, selain tetap rajin sholat, penampilannya pun tidak berubah, flanel kotak kotak tetap menjadi pakaian favoritnya. Kami pun mulai ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul sampai perut keroncongan dibuatnya, kalau sudah begini obrolan harus segera dilanjutkan di meja makan, hanya berjarak lima langkah dari The Sunday, sate maranggi H. Aneng menjadi tempat terbaik untuk melanjutkan obrolan siang itu. 


Ngomong-ngomong soal sate maranggi, makanan ini sudah pasti masuk to do list kalau main ke Purwakarta. Hj Yeti, pemilik sate maranggi di Bungursari, Cikampek adalah awal kesukaanku dengan sate berbahan dasar daging sapi ini. Dagingnya kecil-kecil, lembut dan manis. Kalau siang itu, kami nyobaiin sate maranggi milik H. Aneng, yang kabarnya adalah sate maranggi yang orignil dan khas daerah Plered. Jadi, kata mereka sate maranggi yang asli itu dimasak setengah matang, daginnya itu masih sedikit kemerahan, makannya juga pakai nasi timbel dan kecap irisan cabai pedas. Entah betul atau enggak, tapi sate H. Aneng ini memang enak banget, nggak terasa sudah 40 tusuk aku, nonot dan om jul habiskan. Walaupun warung tendanya kecil dan nggak ada parkiran mobilnyanya, tapi warung ini selalu habis sebelum jam satu siang lho. amazing.


Mumpung di Purwakarta, selain makan sate, kami juga menyempatkan jalan-jalan ke waduk Jatiluhur, waduk yang digunakan sebagai penyuplai air minum, irigasi dan yang paling utama adalah pembangkit listrik tenaga air untuk daerah Jabodetabek dan sekitarnya. Tempat wisata ini sangat sejuk dengan pemandangan alam yang bagus, akses jalannya juga bagus dan berjarak kurang lebih 9 kilometer dari The Sunday. Malamnya kami jalan jalan ke Taman Sri Baduga, pertunjukkan air mancur menari dengan permainan cahaya ini dimainkan di hari sabtu tiga kali selepas sholat maghrib. Kalau mau kesana saya sarankan jalan kaki saja, ini hiburan rakyat masyrakat Purwakarta, jadi jangan ditanya soal ramainya. Akses jalan menuju kesana sangat padat, sehingga cara terbaik ya parkir kendaraannya di jalan protokol Jendral Sudriman, mampir ke The Sunday dulu, minum dan makan makanannya yang enak enak dengan harga yang sudah pasti terjangkau, favoritku adalah ayam tulang dan sop durian, kemudian baru deh lanjut jalan kaki ke air mancur Sri Baduga :)

Nggak sampai 24 jam aku di Purwakarta, minggu pagi kami dengan berat hati harus berpamitan dengan aria. Tapi kami janji akan bertemu lagi entah di tempat yang sama atau di kampung halamanku, Jogja. Semoga persahabatan kami tetap terjaga, ku doakan juga agar bisnis aria semakin sukses. Terimakasih untuk sharingnya, brother ! 


Tabik.


Ini mas-mas di Waduk Jatiluhur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar