Rabu, 04 Oktober 2017

Dari Kopi Es Tak Kie Hingga Filosofi Kopi

"Jadi, gimana perasaan kalian pas pertama kali masuk ke lorong tadi ?" Tanya saya sambil meminum kopi es susu yang segarnya keterlaluan. "Macam di film-film mafia Hongkong ya !" Kata Boim sambil disambut tawa oleh saya dan Sudung. Lorong yang kami maksud adalah Gang Gloria, di  Petak Sembilan Glodok, tempat Kedai Kopi Es Tak Kie berada. Ini kali kedua saya ke kesini, terakhir sekitar dua tahun yang lalu saat harga kopinya masih 10 ribu rupiah.


Kalau kesini, acer-ancer saya adalah Cici penjual manisan tepat dibibir gang Gloria, Kopi Es Tak Kie berada sekitar lima puluh meter masuk ke dalam. Dulu saya datang pagi hari bersamaan kaum berdasi berangkat ke kantor dan memesan es kopi hitamnya, kali ini tepat satu jam sebelum kedai kopi ini tutup pada pukul dua siang saya menoba segelas kopi susu seharga 15 ribu rupiah. Beruntung kita datang tepat waktu, segera saja saya rekomendasikan Sudung dan Boim untuk mencoba nasi campur. Namanya juga bawa teman kelas berat ya, selesai makan nasi campur mereka langsung pesan menu enak lainnya, mie pangsit. Sikaaaat ! Kalau udah begitu saya nggak perlu nanya ke mereka lagi rasanya gimana, lahapnya mereka menghabiskan dua porsi makanan sudah lebih dari cukup menjelaskan kalau mereka benar-benar menikmati menu makanan di kedai kopi yang berdiri sejak 1927 ini. 

Kalau kalian datang ke tempat ini, dijamin nggak bakal bingung pilih menu, nggak perlu minta buku menunya yaa, wong mereka cuma menyediakan dua jenis saja untuk masing masing makanan dan minuman kok : Kopi Es Hitam atau Kopi Es Susu, Nasi Campur atau Mie Pangsit, ketika kita sering dibingungkan memilih menu di restoran atau kedai kopi masa kini, kedai kopi ini menyederhanakan semuanya, sesederhana bangunan dan interior di dalamnya. Kursi dan meja kayu dan kipas angin diatas kepalamu, pas !


Kopi Es Tak Kie sudah pasti bakal membekas panjang di indera pengecapmu. Dari rasanya jelas biji kopi ini disangrai ditingkat kematangan tertinggi, dark roasted, disajikan dengan tambahan gula atau susu dan tanpa ampas kopi. Sayang kita nggak bisa berlama-lama disini, padahal atmosfir ruangan ini enak banget, bikin siapa aja yang datang cakap ngobrol panjang lebar pakai bahasa Mandarin.

Setelahnya, kami melanjutkan ke Filosofi Kopi di daerah Melawai, samping terminal Blok M. Pasti kalian sudah nggak asing dengan kedai kopi yang satu ini, nama dan lokasi syuting yang persis dengan film yang diperankan oleh Rio Dewanto dan Chico Jericho. Ini juga kali kedua saya kesini, tapi tujuan kedatangan saya kali ini adalah menegok keadaan kedua sahabat artis saya ini, sayang saat itu mereka lagi sibuk syuting di luar kota, oke nggak apa, kalau gitu saya beli kopi sachet inovasi mereka saja, namanya kopi tiwus, kopi bubuk berbahan dasar 100 persen biji kopi arabika, tapi nggak tau ini single origin atau blend, karena nggak ada keterangan detailnya. Kemasannya menarik, didominasi warna biru muda kesukaan mas Rio dengan logo produk dan tulisan berwarna hitam, warna favorit bang Chico.  Dibagian belakang ada prosedur cara menikmati kopi ini. Saat saya menulis tulisan ini, saya belum mencoba mencicipinya, saya berencana mencobanya saat pulang ke Jogja minggu depan setelah itu baru deh saya bikin ulasannnya khusus. 

Sekilas dari keterangan cara membuatnya, kopi sachet yang dilabeli dengan istilah self drip cofffee ini metode pembuatannya menggunakan filter yang didesain khusus untuk menampung bubuk kopi dan bisa dipasang di bibir cangkir. Setelah filternya terpasang kita tuangkan air panas bersuhu diatas 95 derajat celcius dan diamkan selama 4 menit. Nah, menarik kan ? Pastinya kita sepakat kalau kopi tiwus ini unik dan sangat inovatif, tujuan diciptakannya produk ini mungkin untuk memenuhi hasrat penikmat kopi manual brewing yang nggak punya alat-alat seperti termometer, digital scale, sehingga mempermudah dalam pembuatannya. Tapi, gimana ya soal rasanya ? apalagi kopi yang dibuat dengan metode ini pasti salah satu aspek yang nggak bisa diabaikan adalah ratio antara air dan kopinya. Jadi tambah penasaran dan pingin segera mencoba menyeduhnya nih. Anyway, inovasi dari kedua sahabat saya ini pantas diancungin jempol, mereka benar-benar sukses menjadi anak muda yang penuh kreasi dan pandai memanfaatkan peluang. Jujur, sangat menginspirasi saya. 

Sukses terus untuk mas Rio dan bang Chico, ditunggu kedatangannya di Cornel Homestay Jogja lagi ya !

Mas Rio Liasna Tarigan dan Chicko Hasudungan Sibueya
Sedang Membicarakan Bisnis Kebun Kopi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar