Sabtu, 12 Mei 2012

Bebas Tak Terbatas





29 Maret 2012 ;


Tepat pukul tujuh pagi, kami akan meninggalkan Ao Nang menuju Penang. Perjalanan ke Penang akan kami tempuh selama sepuluh jam melalui jalur darat menggunakan minivan dengan biaya 700 Baht per orang.

Setelah empat jam lamanya, kami tiba juga di Hat Yai. Sebuah kota yang terletak di Selatan Thailand, disini kami hanya akan berganti minivan saja dan kembali melanjutkan perjalanan ke Penang.

Seperti perjalanan sebelumnya, sesampainya di kantor imigrasi dan dilanjutkan dengan mengurus ijin, kami tidak pernah menemui masalah, semua nampak mudah dan lancar. Setelah dari perbatasan kami melanjutkan kembali perjalanan, kemudian kami melewati lalu lintas tol jembatan yang sangat panjang, besar dan kokoh. Jembatan ini menghubungkan antara Bayan Lepas di Pulau Penang dengan  Seberang Prai di daratan Malaysia. Panjang lintasan jembatan ini 13,5 kilometer dan menjadi Jembatan terpanjang di Asia Tenggara.



Penang Bridge. Sumber : thestar.com



Selepas dari Jempatan Penang atau lebih dikenal dengan nama Penang Bridge, saya banyak melihat burung-burung berterbangan di jalan raya. Mereka nampak bebas. Begitu pula saat saya tiba di George Town, ibukota Penang. Deretan bangunan tua di George Town tak nampak terlihat seperti umur aslinya, masih berdiri kokoh, terawat, dengan aristektur bangunan khas jaman dulu. Sungguh artistik kota ini, penuh dengan suasana nostalgia layaknya sebuah kota tua, ditambah dengan berbagai macam burung yang berterbangan.

Burung-burung itu hinggap sesuka hati dimanapun mereka mau, entah itu di toko, atas warung, trotoar, halaman masjid, halaman klenteng, atap gereja, traffic light, taman kota, sama sekali tak ada yang berani mengusik, bebas tak terbatas! Seperti Ao Nang sore itu.



Bebas Tak Terbatas - George Town, Penang




Sore di Ao Nang ;

Saat itu mata saya secara jelas menangkap matahari yang perlahan mulai kembali ke peraduannya, gerakkannya anggun dengan tetap memamerkan pesonanya. indahnya!

Ini adalah sore yang tak biasa dalam hidup saya, alasannya, karena saya menikmatinya sesaat setelah terbangun, bukan terbangun di kamar melainkan di sebuah pantai, dengan pasir sebagai kasurnya.

Aih, kedua mata memang sudah terbuka, tapi raga masih ingin bermalas-malasan, belum lagi alunan deru ombak dan indahnya warna cakrawala sungguh memanjakan saya. Tapi yang paling membuat saya terkesima adalah burung-burung yang bebas berterbangan di Pantai ini, ada begitu banyak burung disini, mereka dengan santainya mencari makan, bersarang, dan berkicau. Sebenarnya tidak hanya di Ao Nang saja, di seluruh kota di Thailand yang sudah saya kunjungi banyak burung-burung berterbangan dengan bebasanya, tak terkecuali di kota besar seperti Bangkok sekali pun.

Dan hati kecil-pun berteriak. Berteriak, karena iri dan marah.


''Kalau di Indonesia pasti sudah ditangkap! Dijual! Mempertebal dompet! Atau kalau nggak dijual pasti ditangkap utuk kemudian di makan! Memperbesar perut!''




Tidak ada komentar:

Posting Komentar