Selasa, 17 April 2012

Kapalan Perdana




Hal yang paling saya hindari dan tak pernah diharapkan saat jalan-jalan adalah kapalan di kaki. Kalau udah kapalan, rasa capek itu serasa belipat-lipat. 

Tahu kan kapalan itu apa? Kalau nggak, saya kasih tau nih. Dari informasi yang saya dapat, kapalan atau kalus itu pada dasarnya merupakan kulit yang menebal atau mengeras, nah, kapalan terjadi karena gesekan atau tekanan berulang pada daerah yang sama, biasanya sih terjadi di kulit kaki atau tangan. Kalau udah terkena penyakit imut ini, kita akan ngrasa nyeri, hal ini dikarenakan penebalan kulit yang menyebabkan penekanan terhadap tulang dibawahnya, begitu ceritanya.

Setelah mengelilingi kota Phom Penh, saya kembali melanjutkan perjalanan selama 7 jam menggunakan minivan menuju Siem Reap. Siem Reap itu ibu kota Provinsi Siem Reap, terletak di barat laut Cambodia, tujuan saya ke Siem Reap tak lain, tak bukan, karena Siem Reap merupakan pintu gerbang memasuki kawasan purbakala kota Angkor yang mendunia itu. 

Tepat pukul 11 malam saya tiba di hotel tempat saya menginap, namanya Angkor Friendship Inn, segera saya masuk ke kamar, membuka baju, menyalakan kipas angin yang berada tepat diatas tempat tidur dan membiarkannya berputar sekencang mungkin, berharap bisa sedikit mengurangi panasnya malam ini.

Rasanya Jam 11 malam di Siem Reap itu hampir sama dengan jam 12 siang di Phom Penh, puanasnya puooll. Untuk urusan cuaca, Cambodia emang nggak bersahabat banget. Kata penduduk disini, setiap hari Cambodia emang panas, siang hari matahari bersinar sangat terik, malam hari udaranya gerah, dan hampir nggak pernah turun hujan.

Karena, nggak nggak nggak kuat, nggak nggak nggak tahan, sama panasnya, saya dan fadly memutuskan keluar dari hotel dan berniat ikut meramaikan malam. Jalan, jalan dan jalan, hingga saya bertemu sebuah kawasan yang menarik perhatian kami, lumayan ramai, banyak kios-kios menjual aneka makanan dan minuman disini, eh ternyata, usut punya usut, kawasan ini adalah pusat hiburan malam kota Siem Reap, di sepanjang jalan kecil ini, selain terdapat kios-kios makanan, ada banyak cafe dan restourant juga, kawasan ini bernama Pub Street. 

Layaknya sebuah kawasan yang menjadi pusat hiburan malam, selain banyak cafe dan restourant, tentu  banyak turis yang pada 'mabok' dan 'kurang tidur', kalau menurut saya pribadi nih ya, kawasan ini lebih mengarah ke hiburan malam yang 'kampungan' apalagi bule-bule yang pada mabok, maboknya nggak elit! norak!

***

Saya bangun jam 5 pagi untuk melihat Angkor Wat, dan jam tangan milik Fadly yang punya kelebihan membaca suhu, memperlihatkan bahwa suhu pagi ini 32 derajat celcius. Itu baru pagi hari lho, gimana kalau siang hari? Ya tentu suhu di siang hari tambah parah, memasuki jam 11 siang suhu di angkor wat menunjukkan 36 derajat celcius, saya ulangi lagi saudara-saudara, tiga-puluh-enam-derajat-celcius, wuuuiii ademnya!

Saya jadi ngerasa bersyukur banget hidup di Indonesia, terutama tinggal di Jogja. Dulu saya gampang banget mengeluh saat cuaca sedang panas-panasnya, tapi panas di Jogja paling ekstrem hanya 32 derajat celcius kan? Itupun jarang-jarang. Coba bandingkan dengan Cambodia? Harus banyak-banyak bersyukur pokoknya.

Dan ini kenangan dari Cambodia, cuaca yang sangat panas, ditambah harus berjalan mengelilingi luasnya area Angkor Wat, tarraaa :



Kapalan Perdana


Saya memang nggak cocok dengan cuaca yang panas, apalagi ditambah kapalan, tapi kali ini beda, benar-benar nggak akan terlupakan, kapalan di Angkor Wat! Hehehe.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar