Kamis, 15 September 2011

Green Canyon : si Hijau yang Menawan

10 September 2011;

Pertama, akan saya perkenalkan sahabat kampus yang kali ini menjadi teman perjalanan saya. 

Irvan Sudung, seorang laki-laki tangguh yang hampir separuh lebih perjalanan Pulang-Pergi setia menjadi supir. 

Ryan, dia ini manusia sejenis Jony blak-blakan, perpaduan serasi otak dan mulutnya-lah yang mengeluarkan ide-ide cemerlang yang menguntungkan tapi bikin jantung deg deg serr. 

Oki, dia adalah satu-satunya orang yang fasih berbicara sunda, oleh karena itu, dia menjadi orang terdepan ketika kami harus bebicara ini itu, melobi harga degan warga setempat. 

Boim, Josua, Danny. Rupa, tingkah laku dan banyolan mereka semacamlah degan Dono, Kasino, Indro. Tak lelah mereka bertingkah untuk sekedar mengibur kami selama perjalanan, dan Andre Damara menjadi sasaran empuk mereka. 

Syahed, ini manusia berwajah garang berhati sendu. 

Haikal, seorang laki-laki asal depok yang memploklamirkan dirinya akan setia selalu dengan Josua. 

Reza Kuncoro, mungkin karena dia satu-satunya manusia yang paling beriman diantara kami, alhasil dia selalu terlepas dari kekalahan dan tantangan tolol yang diciptakan oleh kami. 

Fakhri ini laki-laki bertubuh tinggi, ya nggak jauh bedalah ya dengan saya. 

Dan ini dia, peserta terakhir, yang menyetujui ikut dengan kami satu jam sebelum keberangkatan. Namanya Anti. "Terberkatilah wahai kau Wanita diantara para Lelaki". Yaa! Anti adalah satu-satunya wanita diantara kami. Kami cukup salutlah dengan dia, nggak merepotkan dan nggak menye-menye, dialah yang membantu menyiapkan makanan bagi kami, ketika kami saling mengumpat tatkala kentut semena-mena Josua, dia masih saja melempar senyum. Mungkin antara sabar dan tak tau harus berbuat apa kali ya.

Kami bertiga belas berangkat bersama menuju Pangandaran, Jawa Barat pukul 10.00. Dengan mobil sewaan travello berwarna silver, awalnya kami berangkat dengan hati senang riang gembira, hingga akhirnya mobil travello ini sedikit membuat jantung berdebar. Jadi, saat kami berada di Purworejo, secara tiba-tiba bagasi mobil terbuka, alhasil tas kami berjatuhan di jalan, padahal saat itu kami sedang melaju dengan kecepatan cukup tinggi, untung saja di belakang tidak ada mobil dan tas-tas kami tidak terlindas. Setelah kejadian itu sialnya bagasi mobil tidak dapat terkunci lagi, beberapa kali terbuka, sebelum akhirnya kami mengikatnya dengan tali tambang.

Akhirnya, setelah pantat sudah mulai cenat cenut, badan cekat cekot, dan mata merem melek, kami tiba juga di rumah tempat kami akan bermalam. Kami menyewa rumah penduduk degan harga cukup terjangkau, tepat di depan pantai Batu Karas.

Setelah menyeragamkan posisi tidur, tak lama kemudian serentaklah kami bermain di pulau kapuk, dan tak sabar untuk esok hari.



11 September 2011;

Tepat pukul 06.00 kami sudah terbangun, eh kami, salah salah, lebih tepatnya beberapa diantara kami, tapi ya tidak terlalu sulitlah untuk membangunkan berapa lagi yang masih tidur, tak lain tak bukan karena hari ini kami sehati untuk bersemangat menjajah Pangandaran dari pagi hingga mengantar matahari kembali ke peraduannya.

Pokoknya kalau si Danny sudah selesai, berarti itu tanda bahwa kami semua sudah siap untuk berangkat, dan berangkaattt.

Tujuan pertama kami adalah Green Canyon, nama aslinya sih Cukang Taneuh atau Jembatan Tanah. Tapi si bule bernama Bill, seorang peneliti dari Amerika datang dan menilai tempat ini serupa dengan Grand Canyon, sebuah tempat yang katanya luar biasa indah di Amerika dengan tebing-tebing yang mengelilinginya. Hanya saja di Grand Canyon pemandangan alamnya gersang, sedangkan di Cukang Taneuh memiliki pemandangan yang hijau. Sehingga pada tahun 1980 Cukang Taneuh diberi nama Green Canyon dan lebih populer hingga sekarang.

Dan benar saja, ketika kami sampai disana, menaiki kapal sewaan untuk menjelajahi aliran sungai yang tenang selama 30 menit, kami di suguhi pemandangan super luar biasa. Air sungai yang hijau dengan pepohonan di pinggir sungai, hembusan semilir angin, yang kesemuanya seakan menyambut kami dan menghilangkan rasa lelah dari perjalanan panjang kemarin. 



Terbayar lunas! Terpuaskan!

Kapal kami parkir di sebuah goa tempat kami akan melakukan body rafting. Memakai life jacket, menyeburkan diri ke air dan membiarkan tubuh terbawa arus sungai. Sungguh keindahan yang tak terbantahkan, tebing goa yg menjulang tinggi, stalagtit yang menghiasi dinding goa, dan butiran-butiran air nampak dengan jelas jatuh dari atap goa.

Goa-Green Canyon
Kami berhenti di sebuah tebing setinggi lima meter namanya Batu Payung, menaikinya dan terjun bebas. Woouw, saat itu juga beban pikiran, dan segala macam aktivitas yang membuat otak terbebani seakan lepas, menghilang entah kemana. Sungguh kami sangat menikmati situasi ini.

Lanjut lagi menaiki tebing yang sangat unik, karena terdapat sebuah penampungan air yang tidak bisa habis dan tidak tau airnya berasal dari mana, namanya Pemandian Putri, konon jika kita membasuh muka dengan air ini, maka akan mudah mendapatkan jodoh, dan bisa ditebakkan apa yang langsung kami lakukan, dan siapa yang paling bersemangat? *lirikboim :)

Tidak terasa satu jam kami bermain di dalam goa ini, menikmati keindahan dan keunikan akan mahakaryaNya. Dengan perasaan yang terpuaskan kami kembali menaiki kapal untuk kembali ke starting point.

Perut sudah mulai keroncongan, tak jauh dari Grenn Canyon kami berhenti untuk makan di sebuah rumah makan seafood yang sangat saya rekomendasikan, namanya Tirta Bahari. Tempatnya luas dengan pemandangan hijaunya pepohonan dan aliran sungai. Yang terpenting makanan yang enak dan terjangkau. Yaammy!



Kemana kita setelah makan?
  
Hitam Putih

Menempuh perjalanan melewati pemukiman penduduk dengan jalanan yang berliku dan rusak menuju pantai Pangandaran. Sepertinya hari ini keberuntungan berpihak kepada kami, sebelum memasuki kawasan pantai, kami mendapati kerumunan manusia di sebuah lapangan, ternyata saat itu sedang dilangsungkan festival adu domba. Diadunya dua domba berbadan besar dengan tanduk yang kokoh. Sedikit ngilu dan kasian juga sih lihat domba-domba itu, tapi seru banget lho! 

Tidak terlalu lama kami menyaksikan tontonan menarik itu, dan beberapa menit kemudian kami tiba di kawasan wisata pantai Pangandaran. Pantai Pangandaran sendiri menurutku tidak terlalu menarik, penataannya kurang rapi dan banyak sampah yang sok berkuasa, tapi kamu akan menemukan pemandangan yang indah jika kamu berjalan menuju pantai Pasir Putih yang menjadi satu dengan cagar alam. 

Pantai Pasir Putih-Pangandaran

Setelah dari pantai pangandaran, kami berangkat menuju pantai Batu Karas. Pantai Batu Karas sendiri lebih sepi di banding pantai Pangandaran, banyak rumah makan di pinggir pantai, toko yang menjual alat surfing, pantai ini sangat diminati para surfer  karena ombaknya yang besar.

Dari pagi hingga malam, kami menjelajahi Pangandaran, Green Canyon yang menawan, adu domba yang menegangkan, pantai Pangandaran dan pantai Pasir Putih yang menjadi favorit wisatawan, hingga pantai Batu Karas yang menurut saya seperti Bali mini di Pangandaran, sungguh perjalanan yang menyenangkan. Memberikan sejuta pengalaman yang tentunya akan kami bagikan ke manusia lain. Besok saatnnya kami kembali ke Jogja, kembali ke aktifitas sehari-hari kami, berat rasanya meninggalkan Pangandaran, terlebih meninggalkan keluarga bapak Upin dan ibu Cucu yang sangat ramah terhadap kami. Semoga di lain waktu kami dapat kembali ke tempat ini. 



12 September 2011;

Seperti kata Gie, "Bagaimana bisa kamu bersifat nasionalis jika kamu belum melihat keindahan Indonesia dengan mata kepalamu sendiri". Karenanya, bangunlah dari mimpimu dan wujudkan keingananmu untuk menjelajahi negeri ini. 




lihat kumpulan foto lain kami di: Green Canyon, September 2011

Coretan sederhana ini aku persembahkan, untuk:
Sahabat perjalanan yang super oke, Orang Tua yang super berarti, Negeri yang super dahsyat, dan Tuhan Yesus yang Maha Kuasa.

2 komentar: