Rabu, 19 September 2012

Meraba Merbabu



First Hiking Trip - Don't Tell My Mother





15 September 2012


Pagi itu, dengan tas carier melekat di punggung, kami serasa menjadi pusat perhatian ketika sebelas motor melaju menembus padatnya jalanan kota Jogja .Dari dua puluh dua orang, hanya empat orang yang pernah naik gunung, sisanya belum pernah sama sekali, tak ayal semakin menjadilah gaya dan tingkah kami. Bagi kami modal naik gunung kali ini adalah penampilan dan semangat. 


Dua jam perjalanan kami tempuh dari Jogja menuju basecamp awal pendakian taman nasional Merbabu, di Selo. Kata mereka yang mengetahui, Gunung Merbabu itu cocok buat pemula seperti kami ini dan jalur Selo merupakan jalur dengan pemandangan alam terbaik dibandingkan jalur pendakian lainnya. 

Jaket sudah terpasang, kacamata dan slayer sudah dipakai, ransel berulang kali di atur posisinya, rambut pun tak henti-hentinya ditata. Pukul 16.00 kami melangkah meninggalkan basecamp.


Menuju Sabana Satu, Merbabu

Bongkar.. Bongkar.. Bongkar!! Jaket dilepas, slayer tidak lagi dipakai, kacamata sudah tidak terpasang, jambul pun tidak lagi berdiri, keringat deras bercucuran, kami kelelahan saudara-saudara! Sial, padahal ini baru beberapa kilometer dari basecamp, emm.. dua kilometer mungkin, tapi nafas kami sudah berpacu dalam melodi, hahaha. Sejak saat itu, langkah kami atur sesantai mungkin, agar tenaga tak terbuang sia-sia. 

Tidak lama kemudian matahari telah hilang entah kemana dan saatnya head lamp memaikan perannya, membatu kami menyusuri jalan setapak. Entah sudah berapa jauh dan berapa lama kami berjalan, tidak terasa hari semakin gelap, kabut perlahan mulai turun, angin berhembus dengan kecangnya, seakan-akan menghajar tubuh kami. Beberapa kali kami beristirahat, saling berbagi minum, makan, cerita, saling memberi perhatian dan motivasi.

Tidak ada yang kami kejar dalam perjalanan ini, kami tidak perlu terburu-buru. Ternyata perjalanan ini lebih berat dari apa yang kami bayangkan sebelumnya, jadi kami hanya perlu menikmatinya saja kan? 

Melakukan pendakian bersama-sama dengan jumlah yang banyak itu memang mengasikkan, lelah dan udara yang dingin seakan tergantikan dengan hangatnya kebersamaan, terlebih saat kami saling bercanda atau menghayal jika nanti kami berhasil menggapai puncak Gunung Merbabu. Dianatara kami ada yang ingin menyampaikan selamat ulang tahun untuk adik, ayah maupun ibunya. Ada juga nih yang ingin mengungkapkan rasa sayang untuk pacar, dan ada yang ingin mengucap kata 'Wow' di ketinggian 3142 mdpl. Hahaha, absurd sekali ya?! Tapi celotehan - celotehan semacam itulah yang membuat kami semakin bersemangat. Ya, kami pasti bisa!



Saya berani menyimpulkan, kalau jalur pendakian dari pos tiga menuju sabana satu merupakan jalur pendakian tersulit dibanding jalur yang sudah kami lalui sebelumnya. Jalannya berdebu, sangat terjal hingga kemiringan  mencapai 80 derajat, saat berjalan badan dan tanah saling bersentuhan, kiri kanan kami jurang yang sangat terjal, andai salah melangkah jatuhlah kami... 

Langkah demi langkah terus kami pasksakan, saling memberi komando dan semangat satu dengan yang lain. Beberapa jalur mengharuskan kami untuk berjalan merayap, terkadang beberapa dari kami ada yang terpeleset dan meluncur turun, ah.. untung saja ada teman di bawahnya. 

Ya, sebenarnya kami itu salah jalur, kami melewati jalur yang tak sepantasnya untuk dilewati, kami menyadari hal tersebut ketika kami pulang keesokan harinya. Walaupun salah jalan, kami semua berhasil melaluinya, bahkan kejadian itu menjadi sesuatu yang penuh dengan kenangan dan tawa. Ketika kami tiba di Sabana satu pukul sebelas malam, sambil mendirikan tenda dan meyiapkan api unggun, kami selalu membahas dan bercerita tentang kejadian heroik itu.. hingga lelap menghentikannya sesaat.



Selamat Pagi, Merbabu

Malam itu saya terus bergumam dalam hati, saya ingin cepat pagi! Buset dah, dingin sekali di dalam tenda, badai angin diluar terasa hingga ke rusuk. Saya sungguh butuh pagi, butuh matahari, butuh kehangatan, butuh pelukan! *Tetttoot!

Udara yang dingin bercampur dengan teriknya matahari, membuat pagi disini terasa hangat. Gilak!! Pemandangan disini luar biasa sekali! Padang sabana, bukit dan Gunung Merapi yang semalam disembunyikan oleh gelap, nampak memamerkan pesonanya, menjadi lukisan pagi yang tak terbantahkan keindahannya. Memulai hari dengan mengisi perut dengan makanan yang seadanya, kami pun bersiap memulai perjalanan menuju Puncak Trianggulasi, Merbabu. 


Kami kira ini puncaknya, ternyata bukan, masih turun kemudian naik lagi. Ini puncaknya? Bukan, masih harus naik lagi. Mereka menyebutnya puncak bayangan, dimana puncak aslinya tertutup oleh bukit, jadi seakan-akan kita berjalan dan sudah dekat dengan puncak Merbabu. Memang sangat menguras tenaga dan mental, berkali-kali beristrahat dan berulang kali timbul pertanyaan, ''Kapan sampai puncak?'' atau ''Apakah sanggup sampai puncak?'' Namun senantiasa kami mensugesti diri, membuang jauh-jauh pertanyaan skeptis itu. ''Tidak ada yang tidak mungkin, kita tidak akan tahu sebelum mencoba!''

Dan.. akhirnya kami, 22 pendaki berhasil meraba puncak Trianggulasi, Merbabu! Di ketinggian 3142 mdpl kami saling mengekspresikan kegembiraan. Yes! Akhirnya kami mengucap 'Wow' di Puncak Merbabu, hahaha! *Tos!


Wow di Ketinggian 3142 MDPL




'' Jangan meninggalkan apapun kecuali Jejak. Jangan mengambil apapun kecuali Gambar. Jangan membunuh apapun kecuali Waktu. ''






2 komentar: