Selasa, 02 Agustus 2011

si cepu di cupu (perjalanan anak manusia di cepu)

 28 juli 2011;

Ini pokoknya serba mendadak, seperti biasa, bangun jam 12 siang, buka HP dan ada sms  ajakan dari teman untuk jalan-jalan ke semarang, tanpa pikir panjang tawaran aku terima. Deal!!

Lupa berangkat jam berapa, pastinya pas duduk di McD mall citra land pas pula PSSI main lawan turkmeniztan. Baru kali pertama nih aku berani menduga kalau PSSI bakal menang dan ternyataaaa udah unggul 4-1 eh sekarang jadi 4-3, gila bener nih, kalau sampai PSSI kalah dengan jantan aku akan mengundurkan diri dari ketua umum PSSI! Titik! lhoooo?! 

Intinya kalau bener PSSI kalah, habis nonton PSSI berlaga, aku langsung pulang ke jogja, nggak peduli ke semarang cuma terkesan numpang pipis doang, tekad sudah bulat, hati juga sudah mulai gundah. 

Prit..priitt...priiittt 
Dan PSSI mengakhiri perlawanan tukmeniztan dengan kemengan sedikit manis. ayeee!! Membuat hati menjadi bersemangat menjelajahi semarang untuk kesekian kalinya. 

Kalau ke semarang pasti tujuan utamanya ke lawang sewu. Ngggak perlu aku jelasin lagi kenapa disebut sewu, baca ini aja ya: obok-obok semarang (lawang 969). Setelah itu makan malam di angkringan pagi. Angkringan ini hanya buka mulai pukul 11 malam hingga pagi menjelang, wajib banget dicoba kalau kamu datang ke semarang.

29 juli masih 2011;

Nah ini kisah kasihnya baru dimulai. Jadi setelah makan, tiba-tiba ada pikiran buat meluncur ke cepu, kira-kira empat jam kalau dari semarang, wah oke juga nih, apalagi cepu merupakan tempat dengan banyak lokasi sumur tua minyak peninggalan belanda di Indonesia, lumayan lah buat nambah ilmu tentang dunia yang aku tekuni sekarang, aseeekkk dah!


Perjalanan ke cepu benar-benar menguras teanaga, selain karena jalan yang ditempuh sangat jelek atau tidak rata matapun sudah tidak bersahabat lagi, alhasil dua kali kami beristirahat di pom bensin. Kira-kira jam 5.30 pagi ditemani sang matahari yang mulai membesar kami tiba di cepu. Langsung aku menelpon seorang teman baik hati bernama mas bas, dan dengan sedikit paksaan kami menumpang dirumahnya.



Dyaarr;

Udara di cepu panasnya mantap, jogja kalah, tapi panasnya nggak bisa ngalahin semangat kami yang sedang berapi-api. Semangatku yang menggelegar membuat matahari seakan ciut dalam gengamanku, ini nih alasannya: Aku kuliah di salah satu universitas swasta di jogja jurusan teknik perminyakan. Dua semester udah aku lalui dengan senang hati, gembira dan tekun (statment yang terkahir tanda tanya banget) suatu hari ada pengumuman bahwa salah satu organisasi kampus akan ngadain acara semacam field trip, nah pendaftaran dibuka, pagi banget udah nunggu di meja pendaftaran, dan yang terjadi, yap! sudah tidak ada tempat lagi. Sialnya kejadian ini menimpaku beberapa kali. Makanya ketika ada kesempatan buat menginjakkan kaki di cepu, seneng banget rasanya, nggak formal, nggak butuh uang banyak udah bisa field trip pribadi.

Tapikan nggak dapat sertifikat?
Nggak masalah! buat sendiri!

Ini nih yang jadi masalah, banyak manusia di kampusku yang selalu daftar field trip dan herannya lagi selalu dapat tempat, sesudah itu pamer gigi dengan back ground nama perusahaan minyak ternama. Heran, mereka itu cari ilmu atau cari sertifikat atau mau sekedar pamer atau apa ya? Pengetahuan dan gambaran tentang perminyakan udah jauh lebih baik, ada juga yang terlahir dari keluarga perminyakan, ada juga yang bapaknya nelayan, nelayan minyak! nah aku? masih nol besar tentang gambaran di lapangan perminyakan, masih awam! Kok nggak mau gantian tuh lho, terus apa guna ngadain acara semacam itu kalau partisipannya itu dan itu aja.


Oke itu tadi sedikit curahan hati seorang cupu di bak belakang mobil pick-up plat cepu milik mas usrok.




Namanya mas usrok 
(dibaca: mas brian);


Perkenalkan mas guide kami, mas usrok rakeri. Dia adalah teman satu SMA mas bas. Mas usrok tinggal di desa ledok, cepu. Desa ledok adalah desa yang kaya akan peninggalan sumur tua minyak yang masih produksi sampai sekarang. 

Perawakannya kocak, kulitnya hitam manis, wajah eksotis dan senyumnya meringis. Dengan pakaian ala kadarnya, sepatu merek cekerman (dibaca: tanpa alas kaki) dia membawa kami melihat produksi minyak secara tradisional.


inilah harga kami para 
minyak mentah;

penyulingan tradisional
Ada cerita yang sedikit menyayat hati. Membuka mata kami untuk melihat sisi lain dari dunia yang sangat menjajikan, menghasilkan banyak uang, yang katanya bisa mencerahkan masa depan dan keturunan. Ya! Dunia Perminyakan yang seharusnya seperti itu sangat berlawanan dengan yang ada di desa ini. Disini, mereka serasa bermain judi. Satu sumur tua dikelola hampir 20 orang, dimana biaya operasional sangat besar, minyak yang diproduksi tidak menentu padahal koperasi desa hanya akan membeli tiap 5000 liter untuk kemudian disalurkan ke Pertamina. 



Taukah kamu harga per liter yang akan dibeli oleh pihak koperasi? Sangat besar yaitu *** (dibaca: 850 rupiah) Ter.. la.. lu!


Inilah harga minyak mentah di dunia = 7500,- / liter

Inilah harga minyak mentah di koperasi desa ledok milik Pertamina 850,- x 5000 liter = ?
Dikurangi biaya operasional, dibagi rata ke minimal 20 orang. Jadi pendapatan bersihnya = *** (dibaca: sedikit)


Miris sih dengar cerita mas brian, tapi mau gimana lagi, negaraku sudah terlanjur lucu sih kalau masalah duit. Sebagai rakyat biasa ya cuma bisa pasrah.

Setelah menyalakan flare yang lebih layak disebut obor di sumur tua mas brian squad. Kami kembali melakukan perjalanan menyusuri jalan yang berliku dan rusak, hutan yang gersang dan hamparan sumur-sumur tua yang kesemuanya sudah produksi.



flare ala mereka
Mafia Minyak;



Nggak cuma di ledok, kami juga menuju ke kawengan dan terakhir singgah di wonocolo. Nah wonocolo ini tempat paling sangar yang kami kunjungi. Kok bisa? Gini nih ceritanya, di wonocolo terdapat pula sumur tua yang masih berproduksi, sama sih kayak yang di ledok, hanya bedanya di tempat ini tidak terikat oleh perusahaan minyak manapun, bahkan di tempat ini terdapat penyulingan minyak sendiri yang tentunya dikelola secara tradisional. 

Sangarnya dimana? Nah kayak film-film mafia yang jualan obat-obatan terlarang secara ilegal, di wonocolo juga seperti itu. Jualan obat terlarang? Bukan! Jadi minyak dari ledok di jual secara sembunyi-sembunyi ke wonocolo, alasannya karena di wonocolo membeli harga minyak jauh lebih tinggi di banding harga beli koperasi desa ledok. Selain itu hasil penyulingan minyak mentah berupa solar pun dijual secara ilegal ke truk-truk di sekitar pantura. Ini semua serba tersembunyi, ilegal, dan ada keamanan atau polisi khusus yang akan mengawasi dan menindak lanjuti kegiatan ilegal ini jika ketahuan.

20.45 WIB

Dan field trip kami akhirnya berakhir, perjalanan yang nggak sekedar menyenangkan tapi menambah pengetahuan bagi kami. Malam terakhir di cepu pun kami tutup dengan makan sate blora yang benar-benar maknyus. Nggak bermaksud berlebihan tapi sate ini adalah sate paling enak se-indonesia raya yang pernah aku coba.


Perjalanan kami lanjutkan ke Jawa Timur. Buussseeetttt!!
Ke solo lewat ngawi. Ngawi di jatim kan?


Di solo menikmati susu sapi segar, berfoto ria di patung slamet riyadi, bermalam di solo balapan, paginya meluncur kembali ke jogja. 

kami pamer gigi di depan sucker rod


2 komentar: