Selasa, 4 April 2012 ;
Tepat 17 hari yang lalu saya menyeruput kopi hangat buatan tangan seorang gadis Vietnam dan sekarang, tepat di hadapan saya, terulang kesempatan untuk kembali menikmatinya.
Tapi kali ini bukan buatan gadis vietnam, melainkan buatan tangan saya sendiri *hehe. Kopi ini saya beli di sebuah Kantor Pos nan terkenal di pusat kota Ho Chi Minh, dalam bahasa Vietnam namanya adalah Buu Djien Thanh Pho Ho Chi Minh. Kantor Pos ini di bangun sejak sejak tahun 1886 sampai 1891 dan masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Saya sangat terkesima dengan bangunan tua ini, busetlah dalamnya gede banget, dan hebatnya lagi bangunan ini masih di fungsingkan lho. Banyak aktivitas yang dilakukan, dan tentu yang terutama adalah surat menyurat, keren ya? di zaman serba canggih gini, mereka masih kekeh mempertahankan aktivitas ini.
Kanto Pos Pusat Saigon |
Karena jadi tempat trend alias tujuan wisata di Ho Chi Minh City, maka tak heran banyak turis berdatangan ke kantor pos ini, entah sekedar melihat-lihat eksteriror maupun interiornya, mebeli souvenir, bahkan ada juga yang menyempatkan diri menulis surat untuk sanak familynya. Lha? Emang bisa lintas negara?
Karena penasaran saya coba bertanya dengan mbak-mbak penjual post card :
''Excuse me, miss? could I send this postcard to Indonesia?''
''Of Course, you can,'' jawab mbaknya.
''Oyaa? How Long this postcard arrive in Indonesia?'' tanya saya dengan nada sok terkejut.
''Only one week.''
Entah bagaimana mereka mengirimnya, intinya saya hanya bisa salut. Sesalut rasa dan aroma kopi Vietnam, kopi terenak kedua yang pernah saya coba. Lhooo?? Kok kedua? Karena, kopi terenak pertama adalah kopi Toraja *hahaha *tetep.
Dan secangkir kopi ini tidak hanya membawa saya bernostalgia dengan Vietnam, tetapi dengan negara-negara lainnya yang saya kunjungi setelah berkunjung ke negara berpaham komunis ini. Kesempatan yang tentunya sangat berharga dalam hidup saya, 15 hari melakukan perjalanan sejauh lebih dari 5.225 kilometer, ke 7 Kota di 5 Negara Asia Tenggara.
Dalam melakukan perjalanan panjang dan sangat melelahkan ini, saya tidak sendiri, ada Fadly dan Derrick, kami bertiga adalah teman satu kampus. Kami memulai perjalanan ini pada tanggal 19 Maret 2012. Naik pesawat selama tiga jam dari Jakarta ke Ho Chi Minh City, dan dilanjutkan ke beberapa kota, dengan menggunakan moda transportasi darat hingga tiba di negara terakhir, Singapore.
Tentu banyak pengalaman berharga dan pelajaran hidup yang saya dapat, di setiap langkah saya, seakan menjadi sebuah kesempatan terbaik mengumpulkan serpihan-serpihan kehidupan yang kemudian disatukan menjadi mozaik utuh dan indah.
Setiap serpihan tersebut, menyimpan begitu banyak makna dan nilai-nilai kehidupan yang belum tentu akan saya dapatkan di tempat lain, bagi saya ini adalah sebuah pelajaran yang lebih dari sekedar teori apapun, dan saya menyebutnya sebagai Pelajaran Hidup.
Dimulai dari Mendengar kebisingan lalu lintas di kota Ho Chi Minh, Melihat kemegahan Angkor Wat, Mencipi berbagai macam kuliner khas Thailand, Mencium aneka ragam bau sesama backpacker dari berbagai negara di dalam sebuah dorm di Penang, hingga Meraba kedigdayaan negara pelabuhan Singapore.
Perjalanan itu bersifat pribadi. Kaluapun aku berjalan bersamamu, perjalananmu bukanlah perjalananku. - Paul Theroux
Tidak ada komentar:
Posting Komentar