Pernah nggak ajak pacar kalian jalan-jalan ? Pernah lah ya pasti. Kalau ajak pacar kalian ke kampung halaman ? Jadi, akan ku ceritakan ke kalian bagimana pengalaman Lintang, my best partner, mengunjungi Tana Toraja untuk pertama kalinya, her first !
Pesawatku mendarat lebih dulu di Bandara Internasional Hasanudin, disusul satu jam kemudian kedua orang tuaku dan Lintang tiba dengan selamat di Makassar. Dengan sumringah aku menyambut mereka, memeluk untuk melepas rinduku. Sudah kuduga Lintang sangat excited, selain ini pertama kalinya dia ke Makassar, hari sebelumnya sudah kutakuti dia dengan stereotype yang ada di kota ini, bahwa hawa panas dan lembab membuat orang-orang disini mudah sekali marah, sehingga ku minta dia jangan annoying selama kita berada di Makassar, karena aku bakal marah dan mengigit telinganya. Setelah mengambil bagasi kami berjalan menuju lokasi penjemputan, saudara kami sudah menunggu disana. Puluhan sopir dan porter sudah sudah siap menawarkan jasanya ke siapa saja yang melewatinya. "Taksi, taksi." "Saya bawakan tasnya." "Ayo saya bawakan kopernya." "Mobil pak." Seperti bandara di Indonesia pada umumnya, mereka nggak capek-capeknya menawarkan jasa, meski sudah ditolak dengan halus tetap aja ngeyel hingga akhirnya Lintang mengakhiri drama ini dengan berkata "Enggak mas !" Dengan nada tinggi ! Semuanya kabur, semuanya pergi, give up, pura-pura lupa, hilang arah tujuan, aku dan mami pun terkesima melihat Lintang, terbius beberapa detik dan menutupnya dengan tepuk tangan meriah. "Mantap kak Ilin." My mom said.
Kami akan tinggal semalam di Makassar, besoknya kami akan fitting sebelum lanjut perjalanan darat ke Tana Toraja. Kota Deang dengan kulinernya adalah tempat terbaik buat kami yang hobi makan ini. The best culinary tourism in Indonesia, menurutku. Keluar dari bandara, kami laju kendaraan kami untuk makan siang di Sop Iga Karebosi, satu dari sekian banyak tempat makan di Makassar yang wajib disinggahi. Favorit saya adalah iga bakarnya, dua buah iga sapi bakar disajikan dengan bumbu kacang diatasnya dan kuah sop yang terpisah. The best Iga in town lah pokoknya. Malamnya aku ajak dia ke Pantai Losari untuk mencoba pisang Epe'. Ternyata Pantai Losari sudah berbenah, tempat ini sekarang terlihat lebih rapi dan bersih, banyak polisi pamong praja yang berjaga-jaga membuat pengunjung merasa lebih aman dan nyaman. Puluhan penjual pisang Epe' juga sudah ditata di satu lokasi, lengkap dengan meja dan kursinya. "Jadi, kenapa sih dinamai pisang Epe' ?" tanya Lintang, "Soalnya pisang kepok ini dijepit sampai gepeng, nah dalam bahasa Makassar dijepit itu disebut Epe'. Piye enak ora ?" "Enak, aku suka." Balasnya. Nggak jauh dari pantai Losari kami lanjut ke Rumah Makan Florida. Rumah makan yang buka dari jam 10 pagi sampai jam 11 malam dan nggak pernah sepi. Menu andalannya adalah mie Kwantong dan nasi goreng Merah yang dimasak pakai kayu Bangkoa. Nggak cuma enak, menunya pun banyak, bener-bener banyak lho ya, serius ini, aku dan lintang pesan satu porsi untuk berdua, sweet.
Coba tebak, apa yang paling Lintang pingin di Makassar ? Coto makassar dan pisang ijo masuk list teratasnya, dia salah satu pelanggan coto makassar La Capila, yang di jual di jalan Kota Baru, Jogja. Pernah suatu kali saya bilang kalau coto disana itu jauh berbeda dari kota asalnya, disana kuahnya nggak kental, dagingnya juga sedikit banget. Makanya waktu ada kesempatan untuk singgah di Kota Makassar, dia selalu ingatin untuk makan coto dan pisang ijo. Sudah pasti kami pun ajak dia cicipin Coto Makassar Nusantara dan Pisang Ijo Bravo. Dua makanan yang nikmatnya ikut terbawa di sepuluh jam perjalanan ke Tana Toraja.
. . .
Terimaksih sekali sudah baca, I do appreciate ! #HerFirst bakal saya lanjutin lagi besok. Saya akan ceritain ke kalian pengalaman Lintang tinggal di Tongkonan, minum Balo', melihat kuburan di dalam Goa, melihat nenek berdoa pakai bahasa roh dan banyak lagi :) Kure' Sumanga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar