Semua sudah siap. Ransel berisi pakain secukupnya, buku panduan perjalanan ke Belitung yang aku beli satu minggu yang lalu, tripod, kamera dan tiket pesawat. Ada banyak cara menuju Roma dan banyak cara pula menuju Belitung. Ada beberapa alternatif perjalanan menuju kesana, bisa melalui Palembang dan kemudian menggunakan trasportasi laut atau langsung menuju Belitung melalui jalur udara yang hanya dilayani dua maskapai penerbangan nasonal yaitu Batavia Air dan Sriwijaya Air. Untuk efisiensi waktu dan tenaga, maka aku memutuskan untuk mengunakan jalur udara menuju tempat tujuan. Aku berangkat dari Jogja pukul 6.15 WIB menggunakan pesawat Batavia Air dan transit di Jakarta yang kemudian berangkat pukul 10.30 WIB dan tiba di Belitung pukul 11.25 WIB.
Dan bersiaplah membuka mata, hati dan telinga saat tiba di Surga tersembunyi ini.
Pemandangan Pertambangan Timah dari Atas Pesawat |
Dan inilah kisah perjalananku selama di Belitung !
Hari Pertama
Pelangi di Negeri Laskar Pelangi ;
Inilah kali pertama aku menginjakkan kaki di Pulau Belitung. Perasaan bahagia dan penuh keingintahuan menemaniku selama perjalanan, tapi tidak dipungkuri bahwa perasaan was-was justru lebih dominan menguasaiku. Bagaimana tidak, aku pergi ke tempat ini seorang diri, tidak mempunyai saudara apalagi kenalan atau kerabat dan sedikit sekali pengetahuanku tentang Pulau Belitung, jadi hanya bermodalkan nekat. Ternyata yang aku takutkan sungguh-sungguh terjadi, bandara yang kecil dan ala kadarnya telah menyambutku dan sudah bisa ditebak bandara ini hanya digunakan untuk keberangkatan dan kedatangan pesawat lokal saja, sehingga layanan informasi tentang wisata yang biasa aku temukan di bandara-bandara tidak ditemukan di tempat ini. Yang lebih parahnya lagi, Pulau ini sepertinya sengaja bermain-main dengan adernalinku karena hanya ada satu dua transportasi umum yang aku jumpai di jalan-jalan pulau ini. Inilah saran dan tip PERTAMA: Sewalah motor atau mobil jika kamu ingin jalan-jalan di Pulau Belitung karena jarak tempat wisata satu dengan yang lain cukup jauh. Harga sewa motor sekitar 50ribu rupiah. Tetapi jika nasib baik menyertaimu, maka kamu bisa meminjam motor dengan harga cuma-cuma (akan ku ceritakan kejadian ini di kisah selanjutnya).
Aku dilahirkan untuk menjadi seorang pemenang, maka tidak akan pernah diriku menyerah dengan keadaan sesulit apapun. Belitung memang Pulau kecil yang sangat jauh dari keramain dan kepadatan, jalan-jalan disini sangat sepi dan rumah penduduk-pun tidak sepadat di Jogja. Namun sepertinya Tuhan masih merangkul orang optimistis penuh ide gila seperti diriku ini, hingga akhirnya aku bisa menumpang di rumah penduduk pulau ini. Inilah saran dan tip keDUA: Ada banyak penginapan di Belitung, tapi apa salahnya jika kita menginap di rumah penduduk? aku sendiri menginap dirumah penduduk, hal ini terjadi karena saat di Bandara Jakarta aku bertemu dan berkenalan dengan seorang anak laki-laki seumuran denganku dan ternyata dia putra asli belitung dan setelah dia mendengarkan curahan hatiku dengan baik hati dia menawarkan rumahnya untuk menjadi tempat singgahku selama di Belitung. Luar biasa beruntungkan ? (hahahaha).
Tidak akan ada waktu yang akan aku buang percuma di tempat ini. Sehingga setelah aku meletakkan ransel di kamar tidur, aku langsung menaiki sepeda motor dan menuju pantai-pantai eksotis di Pulau Belitung. Pantai pertama yang aku datangi adalah pantai Tj. Tinggi (31 km dari Tanjung Pandan). Pantai Tj. Tinggi adalah pantai yang digunakan sebagai lokasi syuting dalam Film Laskar Pelangi. Di tempat inilah batu-batu granit yang besar dan kokoh menunjukkan pesonanya, terlebih lagi saat pasir putih sacara sengaja merelakan tubuhnya basah diterjang air laut. Pantai Tj. Tinggi memiliki ombak yang sangat tenang dan sangat aman untuk berenang, sehingga meskipun pada awalnya aku tidak berkeinginan untuk berenang di pantai (karena pakaian yang terbatas) namun pada akhirnya aku meyeburkan diri juga untuk merasakan sensasi bermain air laut di pantai ini. Inilah saran dan tip keTIGA: Belitung adalah sebuah pulau yang terkenal dengan pesona alam pantainnya. Jadi ketika anda berniat berkunjung ke pantai-pantai di Belitung, jangan lupa membawa pakaian ganti.
Batu-Batu Granit di Pantai Tj. Tinggi |
Pantai Tj. Tinggi |
Berfoto Ria di Pantai Tj. Tinggi |
Setelah sekitar tiga jam menikmati pantai Tj. Tinggi, aku melanjutkan perjalanan ke Pantai Tj. Kelayang. Pantai Tj. Kelayang di tempuh sekitar 10 menit dari pantai Tj. Tinggi. Pantai ini begitu sepi dan hanya ada kapal-kapal yang memamerkan keperkasaannya di tepi pantai. Melalui pantai ini jugalah kita dapat menuju Pulau Lengkuas dengan cara menyewa kapal nelayan. Tapi sayang harga sewa kapal sangat mahal (Rp. 350.000,-) sehingga aku terpaksa mengurungkan niat-ku bertamu ke Pulau yang digunakan sebagai lokasi video klip band Nidji tersebut. Di Tj. Kelayang inilah aku melihat indahnya kebersamaan dari sebuah perbedaan, Ya! saat warna-warna yang berbeda-beda membentuk satu kesatuan hingga menciptakan lukisan indah keajaiban alam. Pelangi di Negeri Laskar Pelangi! Inilah saran dan tip keEMPAT: Jika ada waktu sempatkanlah berkunjung ke Pulau Lengkuas. Sebenarnya dulu harga sewa kapal menuju Pulau Lengkuas hanya 10ribu rupiah saja, namun ketika Pulau ini sudah mulai ter-ekspose dunia luar, maka harga sewa kapal menjadi sangat tinggi. Tapi jangan khawatir, karena masih ada cara menuju pulau lengkuas dengan waktu tempuh hanya 10 menit dan harga sekita 30ribu rupiah melalui pantai Tj. Binga dengan menumpang kapal nelayan.
Pelangi di Pantai Tj. Kelayang |
Pelangi di Pantai Tj. Kelayang itu sepertinya memberi kesan lain saat hari pertama aku tiba di Belitung. Memang Pulau Belitung sempat membuat was-was ketika pertama kali aku tiba di tempat ini, tapi pelangi ini menyadarkan-ku bahwa ada begitu banyak keindahan yang justru bisa kita temukan ditempat yang tersembunyi seperti Pulau Belitung ini. Dan semenjak itulah perasaan was-was menghilang entah kemana, sepertinya mereka telah tersesat di perasaan bahagia dan keingintahuan-ku yang saat ini menjadi belipat ganda kuatnya. Dan setelah di hari pertama ini aku habiskan di Pantai Tj. Pendam sembari menikmati sunset, mata, hati dan telinga ini menjadi tidak sabar melihat, merasakan dan mendegarkan keindahan apalagi yang akan aku temukan di Negeri Laskar Pelangi ini!
Hari Kedua.
Dari Belitung Barat ke Belitung Timur ;
Jarum panjang dan pendek jam tangan sepertinya telah sepakat membangunkanku sebelum ayam jantan kehabisan suara akibat alarmnya selalu diabaikan oleh orang-orang, karena dijaman sekarang ini mana ada yang peduli auman ayam jantan sebagai pertanda pagi telah datang. Sehingga setelah aku terbangun dari tidur, segeralah aku mandi, makan dan bersiap melakukan perjalanan panjang membelah hutan, melihat pertambangan timah inkonvensional yang nantinya kaki-pun ikut terserap tanah merah galian tambang dan mecari tempat-tempat istimewa sepuluh sahabat laskar pelangi di Belitung Timur. Inilah saran dan tip keLIMA: Perjalanan di hari kedua ini sangat jauh. Kamu akan melewati hutan tropis, perkebunan kelapa sawit, pertambangan timah dan panasnya terik matahari. Untuk mengelilingi Pulau ini dari barat ke timur dibutuhkan waktu dari pagi hingga sore hari, dan inilah peringatan penting yang harus kamu perhatikan. Di Belitung bensin sangat langka, sehingga jika kamu akan melakukan perjalanan isilah penuh tangki bensin kendaraanmu dan jika dalam perjalanan bensin mulai hampir habis bergegaslah mengisi kembali bensin dimanapun kamu melihat ada penjual bensin.
Pertambangan Timah Inkonvensional |
Aku berangkat pukul 07.00 WIB. Tujuanku di hari kedua ini yaitu kota Manggar dan Gantung yang terletak di Belitung Timur. Jalan raya di Pulau Belitung sangat halus dan hanya berupa jalan lurus dengan perkebunan, hutan, pertambangan timah, dan sedikit rumah warga yang menjadi teman perjalanan. Sebelum memasuki kota Manggar, aku meyempatkan diri berkunjung ke Pantai Bukit Batu dan Pantai Burung Mandi yang letaknya 35 km dari Tanjung Pandan.
Pantai Burung Mandi merupakan pantai pasir putih seperti pantai-pantai di Belitung lpada umumnya, namun di pantai ini tidak ada batu-batu granit seperti yang ada di pantai Tj. Tinggi dan pantai Tj. Kelayang, yang ada hanyalah kapal-kapal nelayan yang di istirahatkan oleh pemiliknya dan deretan harmonis nan teratur para pasukan pinus. Aku tidak terlalu lama berada di pantai ini, karena tujuan yang utama adalah di kota Manggar dan Gantung yang jaraknya 87 km dari kota Tanjung Pandan.
Pantai Burung Mandi |
Setelah menikmati pesona alam pantai Bukit Batu dan pantai Burung Mandi, aku menyempatkan diri mampir ke Vihara Dewi Kwam Im yang letaknya tidak jauh dari lokasi pantai Burung Mandi. Ini adalah tempat beribadah umat Budha terbesar di Belitung. Vihara ini sangat unik, karena selain arsitektur China yang sangat melekat, dari tempat ini pulalah kita dapat melihat panorama pantai yang sangat indah karena letak Vihara yang berada di atas bukit. Di Belitung sendiri banyak sekali warga Tioghoa yang menetap dan berkeluarga. Mereka semua datang ketempat ini karena pada jaman dulu dibawa oleh orang-orang Belanda untuk bekerja di Pertambangan Timah.
Vihara Dewi Kwan Im |
Setelah dari Vihara, aku melanjutkan perjalanan jauh menuju kota 1001 warung kopi, Manggar. Kali ini hujan menjadi teman setia perjalanan-ku, di Belitung jika hujan sudah turun bisa tidak berhenti hingga malam hari, namun meskipun hujan turun, semangat-ku untuk menjelajahi Pulau Belitung tidak pudar, sehingga dengan mantap pula aku terus memacu kendaraan besi beroda dua yang aku kendarai. Dan akhirnya sampai juga di pusat kota Manggar, seperti yang aku katakan tadi, bahwa di kota ini banyak sekali warung-warung kopi disepanjang jalan raya, mereka menjadi teman setia penduduk di kota Manggar dan warung kopi ini akan sangat ramai ketika matahari telah kembali ke peraduannya, bergati dengan bulan bintang yang memperlihatkan senyum manisnya.
Dari kota Manggar aku melanjutkan perjalanan ke Gantung, aku ingin sekali bertemu dengan sepuluh sahabat Laskar Pelangi.
Sekitar 30 menit lamanya perjalan dari kota Manggar menuju Gantung. Gantung sendiri adalah tempat utama lokasi syuting Film Laskar Pelangi, dimana ditempat ini terdapat pasar rakyat laskar pelangi, bekas perusahaan tambang timah, replika sekolah SD Muhamadiyah, tanah lapang tempat bermain dalam film laskar pelangi, perpustakaan Laskar Pelangi yang baru dibangun dan bendungan Pice. Selain itu di kota inilah Bu Muslimah yang asli, A kiong yang asli, Lintang pemain film laskar pelangi dan Mahar pemain film laskar pelangi tinggal.
Sekitar 30 menit lamanya perjalan dari kota Manggar menuju Gantung. Gantung sendiri adalah tempat utama lokasi syuting Film Laskar Pelangi, dimana ditempat ini terdapat pasar rakyat laskar pelangi, bekas perusahaan tambang timah, replika sekolah SD Muhamadiyah, tanah lapang tempat bermain dalam film laskar pelangi, perpustakaan Laskar Pelangi yang baru dibangun dan bendungan Pice. Selain itu di kota inilah Bu Muslimah yang asli, A kiong yang asli, Lintang pemain film laskar pelangi dan Mahar pemain film laskar pelangi tinggal.
Replika SD Muhamadiyah dalam Film Laskar Pelangi |
Pasar Rakyat dan Perpustakaan Laskar Pelangi |
Berburu Laskar Pelangi ;
Sampai juga aku di Gantung, di gantung-lah misi perburuanku mencari para pemain film laskar pelangi dimulai. Aku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan anak-anak pemain laskar pelangi seperti mahar, lintang dan sosok laskar pelangi yang asli yaitu Bu Muslimah dan A-kiong orang-orang di gantung sangat mengenali mereka, kamu cukup bertanya kepada salah satu orang di gantung dan dengan senang hati akan menunjukkan tempat dimana mereka tinggal.
Hari Ketiga.
Bertemu Zulfani Pasha (Ikal), Levina (A-ling), Flo
dan Bapak Guru Achmand Fajeri (Mahar) ;
Singkat cerita, mimpiku untuk menginjakkan kaki di Pulau Belitung mendapat bonus bertemu dengan para pemain film dan sosok asli Laskar Pelangi. Sungguh kebahagiaan yang tidak akan terlupakan. Mata, hati dan telingaku secara bersamaan di manjakan dengan alam eksotis dan sosok manusia yang aku idolakan. Inilah saran dan tip keEnam: Jika kamu ingin bertemu Pasha (Ikal) datang saja saat hari sekolah setelah pukul 12 siang di SMAN 2 selain ikal kamu juga akan bertemu Achmad Fajeri (Mahar asli) dan Kucai. Sedangkan Levina (A-ling) tinggal di dekat tempat penerbitan koran, untuk lebih jelasnya bertanyalah pada Pasha daerah Levina tinggal dan Flo sekolah di SMP Regina Pacis.
Levina - A Ling |
Zulfani Pasha - Ikal |
Pak Guru Achmad Fajeri - Mahar |
Hari Keempat.
Empat Hari Untuk Seribu Kenagan Indah
tak Terlupakan! ;
Hari terakhir aku di surga tersembunyi ini, Pulau Belitung memberikan lagi dan lagi sebuah coretan indah dalam hidupku.
Disinilah aku melihat sesuatu yang belum pernah aku Lihat.
Melakukan sesuatu yang belum pernah aku Lakukan.
Merasakan sesuatu yang belum pernah aku Rasakan.
|
Masyarakat Belitung |
Sunset - Belitung |
Klik : Sahabat dari Negeri Timah