''Karena dulu pulau ini kremut-kremut alias terlihat samar-samar makanya pulau ini dinamakan Karimun.'' Sontak kami semua tertawa mendegar celotehannya.
Namanya Rizal, dia adalah
pemuda asli Pulau Karimun Jawa. Berkulit hitam, berbadan kecil namun berotot,
tipikal penduduk pesisir pantai. Seperti penduduk pulau Karimun Jawa pada
umumnya, mas Rizal adalah sosok yang sangat bersahabat dengan para wisatawan.
Masih teringat jelas dalam
benak saya, bagaimana mas Rizal ikut membantu kami mencari wisatawan yang tidak
terikat dengan travel agen. Bagi backpacker seperti kami, harga sewa kapal
untuk mengelilingi beberapa pulau kecil di sekitar Pulau Karimun Jawa memang
cukup mahal, cara satu-satunya kami harus mencari wisatawan lain untuk
bergabung dengan kami, sehingga harga sewa kapal dapat dibagi rata. Karena
bantuan mas Rizal akhirnya kami dapat melakukan wisata bahari di Perairan
Karimun Jawa, untuk kemudian berbagi cerita perjalanan ini...
Ambilah kenangan dengan fotomu dan jangan mengambil sesuatu di alam sebagai kenanganmu. - Taman Nasional Karimun Jawa
Kami memulai perjalanan dari Pelabuhan Kartini Jepara. Dengan menaiki kapal ferry KM Muria, kami akan menempuh perjalanan selama kurang lebih enam jam menuju Taman Nasional Karimun Jawa.
Ini kali pertama saya kembali naik kapal setelah 17 tahun lamanya,
terakhir saya naik kapal saat berumur 4 bulan. Jadi, bisa dibilang kalau saya
itu belum benar-benar merasakan bagaimana sih rasanya naik kapal.
Setelah memasuki kapal saya bergegas menuju bagian atas dek kapal.
Kenapa saya ingin sekali berada di dek kapal? Karena saya terinspirasi Film
Titanic, pasti sudah tahu kan adegan ketika Leonardo dan Kate Winslet bermesraan
di atas dek kapal? Nah, saya itu berharap bisa melakukan hal serupa, so sweetnya...
*Lirik teman perjalanan *Cowok semua!!
Saya pikir duduk di dek kapal itu nyaman. Sial, Ternyata duduk di
dek kapal itu semacam zonk! Panasnya... Sengatan matahari begitu terasa di
ubun-ubun, membuat kepala terasa pusing dan perut pun bergejolak, belum lagi
laju kapal yang sangat pelan.
Tahu nggak?! Sebenarnya jarak
dari pelabuhan Kartini ke Pelabuhan Taman Nasional Karimun Jawa itu hanya
sejauh 90 kilometer lho, dekatkan? Tapi kenapa kapal ini berjalan pelan sekali.
Bisa dibilang laju saya mengayuh sepeda roda tiga lebih cepat dibanding laju
kapal ini, pantas saja waktu tempuhnya lama sekali. Huufft
Beruntung saya bersama dengan
teman-teman yang sangat baik. Sepanjang perjalanan yang
menguras tenaga dan menguras isi dalam perut, mereka begitu perhatian dengan saya,
mengambilkan minum, memijat dan senantiasa mengingatkan saya agar tidak
menjatuhkan diri ke laut. *Kemudian terharu *Berpelukan.
14.30, Selamat Datang
Akhirnya kami sampai juga di Taman Nasional Karimun Jawa. Setelah turun dari kapal banyak
orang-orang yang mengerubuti kami, ditarik ke kanan, ke kiri, ke depan, ke
belakang.. di lempar ke atas, di banting.. dan kami pun bergegas lari meninggalkan
mereka. Kabur!!
Mereka itu adalah orang-orang
yang menyewakan penginapan dan menawarkan jasa transportasi menuju penginapan.
Yaelah.. Pulau Karimun Jawa itu seluas apa sih?! Pasti tidak lebih luas dari
halaman rumah saya. Dari pelabuhan kedatangan ke pelabuhan nelayan aja nggak
jauh-jauh amat, lebih baik jalan kaki lah. *Kemudian kaki pun keram.
Setelah berjalan beberapa meter dari pelabuhan Taman Nasional
Karimun Jawa, deretan rumah penduduk mulai terlihat. Penginapan disini
menggunakan sistem home stay, jadi warga menyediakan kamarnya untuk disewa per malam.
Jangan terburu-buru dalam memilih, sesuaikan dengan kantong dan fasilitas yang
didapat. Kami mendapat penginapan dengan tarif 15.000 rupiah per malam dengan
fasilitas tambahan yaitu diesel. Murahkan? Sekedar informasi, Karimun Jawa itu
menggunakan PLTD dan hanya menyala dari pukul 17.00
- 05.00 saja.
Suatu Malam di Karimun Jawa
Duar.. Duar.. Duer.. Suara petasan terdengar tepat di sebelah
kami. Wah ini nih, ngajak perang nih. Kami pun segera membeli petasan dan membalas
serangan anak-anak itu. ''Fire in the hole !'' Duaaaar..
Kata mereka alun-alun ini
selalu ramai, apalagi malam minggu seperti ini. Mulai dari anak-anak hingga
orang tua senang berkumpul di tempat ini. Berbagai macam kegiatan mereka
lakukan, bermain, berkumpul dengan keluarga, menjual aneka makanan dan minuman,
atau menonton film India di Balai Desa. Alun-alun ini memang menjadi tempat
terbaik untuk merayakan malam.
Pesona Bahari Karimun Jawa
Pagi hari ini kami akan berwisata bahari, menggelingi beberapa
pulau kecil di sekitar pulau Karimun Jawa dan snorkeling untuk melihat
keindahan bawah lautnya. Berangkat...
Wow, ternyata di Pulau
Menjangan Besar kita berkesempatan berenang dengan ikan hiu. Awalnya takut juga
berenang di dalam kolam penangkaran ini. Bayangin aja, di dalam kolam
penangkaran yang lumayan luas terdapat puluhan Blacktip Reef Shark. Tapi
setelah di yakinkan oleh pemiliknya, saya memberanikan diri untuk menyebur ke
dalam. Ternyata hiunya cuek-cuek saja ketika saya berenang, saya pun dengan
santainya berenang kesana kemari, yuhuu... hingga akhirnya, ''Mas, kakinya
berdarah ya?!'' ''Hah!! Serius?!'' Tolongggg mak!!! *Jeng jeng.
Ah sudahlah, saya tak perlu
menceritakan ke kalian bagaimana perjuangan saya melawan maut, pokoknya kalian
harus coba sendiri! Rasakan sensasinya.
Perairan di Karimun Jawa sungguh menawarkan keindahan alam bawah
laut yang luar biasa indah. Ikan, ubur-ubur dan terumbu karang seakan mengajak kita
untuk menari-nari bersamanya.
Pulau-pulau kecil di sekitarnya
pun terawat dengan baik, pasir putih dengan perairan yang dangkal menjadi
tempat terbaik untuk bermain air atau sekedar berleha-leha. Selain itu
keramahan penduduk di pulau Karimun Jawa sungguh memberikan kenyamanan bagi
siapa saja yang hendak berkunjung.
Dan malam terakhir di pulau Karimun Jawa kami tutup dengan membakar dan
menyatap ikan yang kami beli di Tempat Pelelangan Ikan. Ditemani obrolan dan
canda dari mas Rizal, kami mengungkapkan harapan agar dilain waktu dapat
kembali lagi ke Pulau ini.