George Town merupakan sebuah kota di Penang yang bisa dibilang sangat populer di kalangan wisatawan. Kawasan ini seperti Bu Vien di Ho Chi Minh City, Khaosan Road di Thailand, Kuta di Bali, Sosrowijayan dan Prawirotaman di Jogja. Bedanya, George Town bukan seruas jalan tetapi merupakan kawasan luas dimana segala macam aneka dan rupa ada disini, seperti hotel, cafe, toko kelontong, warnet, dan lain-lain.
Saya pribadi bisa merasakan bagaimana berbagai macam suku bangsa, agama dan budaya hidup harmonis disini. Bangunan-bangunan tua khas colonial Inggris masih terjaga dan terawat hingga sekarang. Tidak heran jika George Town ditetapkan sebagai World Heritage Site oleh UNESCO.
Sebagian besar penduduk Penang bersal dari bangsa Melayu dan China. Tetapi banyak juga yang berasal dari India, Bangladesh, Burma, dan Indonesia. Di Penang Orang Indonesia memang banyak, mereka datang untuk ikut meramaikan denyut nadi perekonomian, diantaranya bekerja sebagai TKI, Tenaga Kerja Indonesia. H u f t!
Namun, orang Indonesia yang ada di Penang itu nggak semuanya bekerja menjadi TKI, ada juga yang berwirausaha hingga menetap disini, kemudian ada juga yang melancong ke Penang untuk berwisata dan berobat, dari informasi yang saya dapat, untuk dua hal itu orang Medan-lah yang paling banyak. Mungkin, karena jarak antar kedua kota yang tidak terlalu jauh. Kurang lebih sekitar 262 kilometer, 25 menit waktu tempuh jika menggunakan pesawat udara.
Uniknya, selama di Penang saya itu selalu dikira orang Batak oleh penduduk lokal. Bukan Medan atau Sumatera lho, penduduk Penang lebih tahu Batak.
Ketika memberi tahu asal saya dari Indonesia, penjual souvenir di Kek Lok Si Temple, bertanya.
''Batak ya ?''
Mahasiswa di Bukit Bendera yang sepertinya sudah mengetahui saya berasal dari Indonesia, tiba-tiba bertanya.
''Indonesia, dari Batak ?''
Penumpang Free CAT.
''Batak ya ?''
''Bukan, saya dari Toraja, Sulawesi.''
''Itu di Indonesia Juga ?''
''Haduh! Ya iya dong! Tentanggaan sama Batak!''
Bertemu orang asli suku Batak tetap juga ditanya.
''Batak ya ?''
''Bukan buk !''
''Yaudah, tolong fotoin kami dong.'' Rrrr!
Okelah, nggak apa dikira orang Batak, yang penting Indonesia. Daripada saat berada di Vietnam, Cambodia, dan Thailand, penduduk lokal-nya malah selalu menyimpulkan kalau saya ini wisatawan dari Malaysia. Ada juga yang mengangguk paham, kirain tahu Indonesia, eh, setelah mengangguk kok malah negara India yang keluar dari mulut-nya.
''Acha acha acha. Heh! En-do-ne-sah, bukan India !''
Karena, sering dikira orang Malaysia, saya sampai bilang ke mereka kalau saya itu nggak tahu dimana itu Malaysia.
''Where is Malaysia ?!''
Pusing-pusing di Penang ;
Perkenalkan, nama Free CAT (Central Area Transit) Bus, orang Malaysia menyebutnnya 'Bus Percuma', hehehe! Ini kelebihan lain yang dimiliki Penang, bus keliling kota yang beroperasi dari jam 06.00 - 21.00. Berhenti di 19 Pemberhentian termasuk Komtar (Terminal bus dalam kota), Jetty Terminal Bus, dan spot-spot menarik. Namun, rasa-rasanya armada Bus Percuma ini tidak banyak, jarak kedatangan antara satu bus dengan bus lainnya lumayan lama. Jadi, kalau nggak sabar menunggu, gunakan Rapid Penang saja, bus ini beroperasi sampai jam 23.00, kalau masih di dalam kawasan George Town rata-rata tarif hanya RM 1.40.
Tentu hanya beberapa saja pemberhentian Free CAT Bus yang merupakan spot-spot menarik, diantaranya: Pemberhentian No.12 Chowrasta Market, merupakan pusat souvenir. Pemberhentian No.15 Turun dan berjalan ria-lah. Saat mencoba menyesatkan diri, saya menemukan Masjid Kapitan Keling, Sri Mahamariaman Temple, Klenteng Kuan Yin, dan Gereja St. George.
Berjalan lagi dan saya menemukan lapangan luas semacam alun-alun kota, di sekitar alun-alun itu terdapat bangunan megah berwarna serba putih bertuliskan 'Majelis Perbandaran Pulau Pinang'. Oia, di alun-alun itu terdapat sebuah Pohon yang ditanam oleh orang Medan lho, ini nih foto prasastinya. Pantes aja Batak terkenal banget di Penang. Mantap!
Setelah itu, naik bus lagi menuju Jetty Terminal Bus, disini setiap bus yang datang akan mangkal dulu selama 15 menit, setelah itu narik lagi dia. Tarik mang! Untuk menuju Gurney Drive Hawker, Bukit Bendera (Penang Hill) dan Kek Lok Si Temple, kita harus naik Rapid Penang dari Komtar.
Bus Percuma |
Berbeda tapi Satu - Harmonis |
Berjalan lagi dan saya menemukan lapangan luas semacam alun-alun kota, di sekitar alun-alun itu terdapat bangunan megah berwarna serba putih bertuliskan 'Majelis Perbandaran Pulau Pinang'. Oia, di alun-alun itu terdapat sebuah Pohon yang ditanam oleh orang Medan lho, ini nih foto prasastinya. Pantes aja Batak terkenal banget di Penang. Mantap!
Setelah itu, naik bus lagi menuju Jetty Terminal Bus, disini setiap bus yang datang akan mangkal dulu selama 15 menit, setelah itu narik lagi dia. Tarik mang! Untuk menuju Gurney Drive Hawker, Bukit Bendera (Penang Hill) dan Kek Lok Si Temple, kita harus naik Rapid Penang dari Komtar.
Sebelum ke Bukit Bendera dan Kek Lok Si Temple, saya menyempatkan diri untuk makan siang di sebuah rumah makan yang menyediakan makanan khas Malaysia yaitu Nasi Kandar, lokasi rumah makan ini dekat dengan Komtar. Rupa dan rasa nasi Kandar seperti nasi Padang, harganya cukup terjangkau sih, tergantung lauk pauk yang kita makan. Tahu nggak? Ternyata, di Penang harga Es Teh lebih murah dari pada harga Teh hangat lho. Apa ya alasannya? Jangan-jangan, karena teh hangat volume teh lebih banyak, dibanding volume teh yang menggunakan Es Batu atau, karena gas disana lebih mahal daripada tarif listrik ya? Entahlah.
Penang tahu cara mengemas sesuatu yang 'Seadanya' menjadi seuatu yang membuat 'Penasaran' untuk dilihat.