19 Agustus 2011;
Jam 5.30 aku sudah terbangun dari tidur mempersiapkan diri untuk beberapa jam kemudian berangkat menuju jasa antar jemput yang akan membawa-ku ke bromo. Seharusnya sih jam 7.30 sudah berangkat, tapi bukan Indonesia kan kalau belum pakai acara telat, dan telatnya nggak nanggung-nanggung jam 9.00 baru berangkat menuju bromo.
Nah di dalam kendaraan elf yang melaju dengan kecepatan rata-rata 80km/jam ke arah timur Pulau Jawa ini, aku kecuali pak supir adalah satu-satunya orang Indonesia yang berada di dalam kabin, wuuu terpaksa nih keluarin keahlian-ku dalam berbahasa inggris. Preettt!
Didalam kabin, aku memposisikan duduk di paling depan dekat pak supir bersama ken/kenyz/kenzy/kenzin/kenzo ah mboh ah, bingung gimana nulis nama kompeni yang satu ini, intinya namanya berkutat diantara huruf-huruf itu.
20.00 WIB
(Waktu Indonesia Bagian Bromo);
(Waktu Indonesia Bagian Bromo);
Tiba di Probolinggo. Kemudian kami diturunkan di sebuah kantor jasa penyewaan jeep, sebenarnya aku tidak berkeinginan menyewa jeep disini, karena harganya lebih mahal di bandingkan jika menyewa di kantor khusus penyewaan jeep yang berada di desa cemoro lawang. Lebih murah lagi jika carter jeep langsung untuk berenam. Tapi apa boleh buat karena ternyata aku juga satu-satunya wisatawan asal Indonesia di bromo, jadi ya terpaksa bergabung dengan mereka (dibaca: bule-bule).
Saran dan Tip: Jika kamu datang berenam maka carter saja jeep langsung di desa cemoro lawang, dari segi harga hal ini jauh lebih murah, karena di bromo diperlakukan perbedaan harga antara wisatawan lokal dengan wisatawan mancanegara. Harga jeep untuk wisatawan lokal dengan dua tempat yang akan dikunjungi seharga 300 ribu, dibagi saja dengan enam orang kawanmu.
Desa Cemoro Lawang;
Setelah mendapat penjelasan kemana saja tempat yang akan dikunjungi saat di bromo nanti, kami kembali melanjutkan perjalanan selama satu jam ke desa cemoro lawang. Desa cemoro lawang adalah pintu gerbang mendapatkan kitab suci eh salah maksudnya pintu gerbang untuk masuk kawasan bromo. Suhu disana, astaga ternyata nggak terlalu dingin ah, cuma 4 derajat celcius aja kok.
Setelah meletakkan ransel di kamar, aku berjalan untuk mencari warung makan. Di warung makan berukuran imut ini aku berbincang-bincang dengan penduduk setempat. Ya! Momen seperti ini wajib hukumnya dalam setiap perjalanan yang aku lakukan. Budaya, bahasa dan logat bicara yang unik tentu menjadi pengalaman tersendiri yang tidak akan di dapatkan di tempat lain. Bahasa Tengger adalah bahasa percakapan sehari-hari mereka dengan mayoritas memeluk agama Hindhu.
Saran dan Tip: Jangan lupa membawa senter karena disana sangat minim penerangan. Setelah berbicang-bincang dengan penduduk lokal, aku baru tahu, bahwa sebenarnya untuk mengelilingi kawasan wisata bromo ada tiga acara yaitu dengan menaiki jeep, tracking, dan menyewa ojek motor. Untuk ojek motor biayanya 150 ribu per orang untuk tiga tempat (penanjakkan, kawah bromo, bukit teletubies).
Sesuai perjanjian yang disepakati bersama antara aku, si bule-bule, dan si punya jeep, kami akan di jemput di penginapan masing-masing pada jam 4.30 WIB (Waktu Indonesia Bagian Bromo) untuk berangkat melihat sunrise di penanjakkan dan kawah bromo.
20 Agustus 2011;
Kukuruyuk aja belum berkumandang, alarm juga belum berdering, dan ini semua gara-gara mimpi di tinggal jeep karena, aku adalah turis lokal, biasalah perlakuan yg berbeda. oooohh mimpi yang sepertinya memang fakta dan kalian rasakan jugakan di beberapa tempat wisata di Indonesia. Akibatnya aku terbangun jam 3.00 WIB (Waktu Indonesia Bagian Bromo), busett!!
Penanjakkan dan Kawah Bromo;
Nggak tau kemasukkan setan apa setelah bangun aku langsung mandi. Dan alhasil badan segar campur kedinginan sebuah perpaduan yang aneh! Ya.. ya.. ya.. sepertinya saat itu rajin sama pekok memang beda dikit. Jam 4.30 WIB (Waktu Indonesia Bagian Bromo) jeep berwarna hijau sudah menjemput di penginapan-ku dan perjalanan menuju Penanjakkan memakan waktu sekitar lima belas menit.
Sesampainya di penanjakkan kami para wisatawan mendapatkan semacam jackpot ternyata kami tidak diperbolehkan naik ke Penanjakkan I (dibaca: satu) dimana penanjakkan I merupakan lokasi terindah melihat sunrise karena erupsi gunung bromo beberapa bulan yang lalu mengakibatkan lokasi tersebut tertutup debu vulkanik yang sangat tebal hingga menyebabkan rapuhnya penopang yang tentunya sangat berbahaya bagi pengunjung.
Okay walaupun sangat menyesal, tapi tidak terlalu aku permasalahkan karena safety adalah yang utama kan?
Dan aku berjalan sekitar lima belas menit untuk naik ke camping ground-Penanjakkan II (dibaca: dua). Meski tidak dapat melihat terbitnya matahari secara bulat-bulat, tapi tetap saja lokasi ini menawarkan keindahan tersendiri. Awalnya aku tidak melihat apapun kecuali ratusan lampu rumah penduduk dari kejauhan, tetapi beberapa menit kemudian cahaya berwarna orange kekuning-kuningan mencoret birunya langit, perpaduan yang sangat harmonis, menyejukkan mata, menenangkan hati dan pikiran, perlahan tapi pasti cahaya terus memancar di balik perbukitan yang hijau. Sungguh lukisan maha dahsyat dari Sang Pencipta.
Akhirnya Dia Menampakkan Pesonannya;
Belum selesai terpana dengan indahnya cahaya itu, gunung bromo mulai menampakkan pesonannya. Luar Biasa! Pemandangan gunung bromo dari sini sangat eksotis, fantastis dan bombastis. Serentak wisatawan yang melihat keindahan ini terpana, terkagum-kagum, dan langsung sibuk berfoto ria dengan keluarga, kerabat, kekasih, calon kekasih, calon mertua, calon lurah.
Ini utuk kebanyak kalinya aku katakan bahwa aku adalah satu-satunya wisatawan asal Indonesia di lokasi penanjakkan ini, ketika yang lain sibuk ingin difoto dengan background gunung bromo yang sangat woouw itu, aku justru sibuk mencari bule yang nganggur. Dan akhirnya aku bertemu dengan sesama solo backpacker yang juga senasib dengan-ku. Namanya Djamal solo backpacker asal Maroko yang menetap di Belgia. Berawal dari saling memotretkan akhirnya kami berkenalan dan menjadi teman selama disana hingga sekarang dan beraharap hingga selamanya. Oke, di coretan lain akan aku ceritakan pengalaman-ku dengan Djamal, seorang muslim taat yang sangat ramah dan baik hati.
Kawah Gunung Bromo;
Setelah memaksakan diri untuk puas menikmati keindahan gunung bromo, aku kembali turun ke lokasi parkir jeep dan melanjutkan perjalanan ke lokasi selanjutnya. Disambut padang pasir yang sangat luas seperti tak berujung, jeep kami berhenti untuk parkir. Kemudian kami harus berjalan sekitar 45 menit, menaiki 200 anak tangga untuk sampai ke bibir sexy kawah bromo. Tetapi karena aku ingin mencoba sensansi yang berbeda maka aku putuskan untuk menyewa kuda dengan tarif 100 ribu (berangkat dan pulang ke lokasi parkir jeep).
Saran dan Tip: Saat kesana debu vulkanik akibat erupsi memang sangat tebal, karenanya jangan lupa membawa masker karena jika tidak memakai, jangan terkejut jika warna upilmu tidak seindah dulu. Ada beberapa cara ke kawah yaitu PP naik kuda, perginya atau pulangnya saja naik kuda, atau berjalan kaki, intinya apapun caranya jangan lupa teh botol sosro minumnya.
Melihat lansekap kawah gunung bromo dengan hamparan lautan berpasirnya seakan membuat aku berhayal berada di padang gurun. Satu kata untuk menggambarkan kisah perjalanan-ku di gunung bromo: AMAZING!!!
Saran dan Tip: Saat berbincang-bincang dengan penduduk setempat, aku mendapat informasi bahwa setiap satu tahun sekali terdapat upacara adat Kasoda di area kawah gunung bromo dengan menggunakan perhitungan tanggalan jawa. Kasoda tahun ini jatuh pada tanggal 15-16 agustus. Pada acara ini bromo akan sangat ramai oleh wisatawan dan juga terdapat pertandingan balap kuda. Ada juga acara keagamaan umat muslim pada tanggal 31 agustus 2011 saat hari raya Idul Fitri, acara keagamaan umat Hindhu yaitu Gulungan dan Kuningan.
Selamat menjelajahi dan menikmati pesona Bumi Pertiwi. Jangan lupa untuk membagikan kisahmu ke semua orang agar mereka tahu bagaimana indahnya Negeri ini.
Bangganya Jadi Orang INDONESIA!
Selamat Ulang Tahun yang Ke-66 ya . . .
Gunung Bromo dari Camping Ground |
Pura yang Berada di Kawah Gunung Bromo Klik : Kumpulan Foto di Bromo |